Penyakit Pecas Ndahe

Juli 25, 2011 § 69 Komentar

Banyak orang kecanduan bekerja, tapi jarang istirahat. Bahkan saat liburan pun, ada beberapa orang yang tetap mengerjakan tugas kantor. Apakah mereka tak khawatir jatuh sakit? Apakah mereka dilindungi oleh sistem jaminan kesehatan?

Pertanyaan itu sering kali menari-nari di kepala saya setiap kali melihat ada kawan atau kerabat yang seolah-olah diperbudak oleh pekerjaan. Mencari nafkah memang penting. Tapi menjaga kesehatan jelas lebih utama. Apalagi bagi para pekerja di kota-kota besar.

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), 60,44 persen orang Indonesia di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan berpotensi terkena penyakit kritis. Penyakit kritis umumnya dipicu oleh gaya hidup yang tidak sehat.

Data Riset Kesehatan Nasional 2007-2010 menunjukkan golongan usia 10 tahun ke atas memiliki gaya hidup tidak sehat seperti konsumsi garam dan lemak, kurang asupan buah, tidak melakukan aktivitas fisik, merokok, dan mengonsumsi alkohol berlebihan.

Sedangkan untuk usia diatas 15 tahun, gaya hidup tak sehat yang paling menonjol adalah kelebihan berat dan konsumsi alkohol.

Berdasarkan data itu juga, diketahui ada penyakit tidak menular penyebab utama kematian. Enam dari 10 kematian disebabkan penyakit tidak menular, di antaranya stroke, hipertensi, jantung hiskemi, kanker, diabetes. Data WHO memperlihatkan 36,1 juta orang meninggal dunia disebabkan oleh penyakit jantung, stroke, kanker, dan diabetes.

Jantung koroner masih menjadi penyebab utama kematian di Indonesia, yaitu rata-rata 200.000 pasien per tahun, menurut data Departemen Kesehatan RI. WHO dan Bank Dunia juga memperkirakan bahwa sebanyak 12 juta orang Indonesia setiap tahunnya terdiagnosa mengidap kanker.

Data Riset Kesehatan Nasional menunjukkan bahwa kanker payudara dan serviks merupakan kanker penyebab kematian utama pada wanita. Sedangkan pada pria, kanker bronkus dan paru penyebab kematian teratas.

Saya yakin sampean niscaya juga tak ingin menderita penyakit kritis apa pun, karena ongkos mengobatinya mahal. Mencegah jelas lebih baik ketimbang mengobati.

Tapi, kadang takdir berkata lain. Meski sampean sudah berusaha hidup sehat, penyakit ternyata datang juga. Atau mungkin kita mengetahui ada teman yang sakit keras dan tak memiliki biaya perawatan.

Seandainya terjadi situasi semacam itu, apa yang sampean lakukan untuk menjamin keuangan selama sakit? Dukungan seperti apa yang bisa kita berikan bagi mereka yang sedang sakit?

Pikiran logis dan praktis saya langsung teringat pada asuransi kesehatan. Kita tahu dewasa ini ada banyak produk asuransi yang memberikan perlindungan finansial terhadap penyakit dan kondisi kritis. Bahkan ada yang menawarkan perlindungan itu dalam tiga tahap, awal, menengah, dan lanjut.

Asuransi perlindungan seperti itu penting bagi orang-orang yang menderita penyakit kritis atau mereka yang berisiko mengidap penyakit kritis. Harap maklum, para penderita penyakit kritis biasanya tak mampu bekerja lagi untuk mengongkosi biaya perawatan.

Kalau mereka kebetulan memiliki tabungan yang berlimpah atau merupakan bagian dari keluarga yang kaya raya, mungkin tidak masalah. Tapi kalau kondisi keuangannya pas-pasan?

>> Selamat hari Senin, Ki Sanak. Apakah sampean sudah ikut program perlindungan kesehatan?

Tagged: , , , , , , ,

§ 69 Responses to Penyakit Pecas Ndahe

Tinggalkan Balasan ke Troy Batalkan balasan

What’s this?

You are currently reading Penyakit Pecas Ndahe at Ndoro Kakung.

meta