Gantyo Pecas Ndahe
November 26, 2008 § 66 Komentar
Panggung kehidupan ternyata bukan hanya menjanjikan kejutan di setiap tikungan. Setiap lakon kehidupan juga memunculkan para pemainnya. Ada pahlawan dan pecundang, ada si miskin dan si kaya, ada penolong dan penikam dari belakang, ada Tom Sawyer dan Brutus, teman dan musuh, juga para pengeluh dan penginspirasi, dan seterusnya.
Seorang kawan lama, ya dia seorang blogger, mengingatkan saya kembali soal itu melalui tulisan-tulisannya yang sangat menggugah di blog WriteNow.
Dia Gantyo Koespradono, jurnalis senior di grup Media Indonesia. Saya beruntung pernah mengenalnya di pabrik yang sama pada sebuah masa. « Read the rest of this entry »
Wajah Pecas Ndahe
November 6, 2008 § 52 Komentar
Kota-kota, seperti halnya mimpi, terjadi karena hasrat dan ketakutan — Italo Calvino.
***
Sebuah kota bisa bercerita banyak hal. Tentang lorong-lorongnya yang berliku. Jalanan yang padat. Tentang comberan dan selokannya yang busuk. Gedung-gedungnya yang menjilat angkasa. Permukiman elit dan kumuh atau tentang penduduknya.
Warga bagaikan sekumpulan batu bata yang membentuk bangunan besar bernama kota. Mereka menjadi wajah kota. Mereka pulalah yang menentukan pucat-lesinya, riang-gembiranya, duka-nestapa, lapuk-suramnya, atau glorifikasi-kejayaan sebuah kota.
Begitulah yang juga kita bisa lihat dari blog Wajah Jogja bikinan anak-anak CahAndong. « Read the rest of this entry »
Kenyataan Pecas Ndahe
Juni 30, 2008 § 29 Komentar
Apalagi yang kau cari kawan? Pertandingan usai sudah. Tak ada lagi umpan-umpan matang di depan gawang. Tendangan salto. Sistem 4-3-3. Pertahanan gerendel. Peluh. Ganjalan. Gol. Penalti. Kartu merah. Hasrat reda, gairah jadi kuyu, seperti umbul-umbul yang kena hujan.
Orang pulang dan berhitung, tentang ongkos beli karcis dan beli obat antiserak. Akuntansi, perhitungan utang dan piutang — dan kecemasan untuk tidak kebagian tempat dalam hidup — kembali mengambil peran.
Hidup jalan terus, dengan pesona dan keberengsekannya. Kita bertemu kembali dengan lawan dan kawan-kawan lama. Kita hadapi lagi urusan lama dan baru, seperti dulu. Yah, masih yang itu-itu juga.
Mari kembali ke pojokan kedai kecil, tempat kita biasa minum secangkir teh tarik. Kau tentu masih ingat kedai itu bukan? « Read the rest of this entry »

