Koruptor Pecas Ndahe
Agustus 8, 2008 § 84 Komentar
Gagasan Komisi Pemberantasan Korupsi yang hendak memberi koruptor seragam sebetulnya lucu juga. Tapi, apakah efektif itu soal lain.
![]()
Seragam khusus mungkin ndak akan memberi pengaruh apa pun karena urat malu para koruptor di republik ini sudah putus.
Mereka itu nyaris terang-terangan melakukan korupsi. Bahkan tampaknya mereka malah bangga kalau bisa korupsi, lantas petentang-petenteng di layar kaca. Mana mungkin mereka malu?
Jauh lebih penting memberi efek jera dan jerih kepada mereka dan orang-orang yang mau coba-coba korupsi. Caranya, basmi korupsi tanpa pandang bulu. Lalu, hukum berat mereka yang terbukti korupsi. Bila perlu, tambahi dengan denda sebanyak uang korupsinya. Kalau tak punya uang, tambah lagi hukuman penjaranya. Atau ada usul lain?
>> Selamat hari Jumat, Ki Sanak. Apakah hari ini sampean memakai seragam?
Bikini Pecas Ndahe
Juli 14, 2008 § 96 Komentar
“Kenapa tidak?” jawab saya. “Apa masalahnya?”
“Bagaimana jika perempuan itu mempertontonkan bikininya ke khalayak? Itu sama saja dengan membuka aurat, kan?” dia bertanya lagi.
Aha, saya tahu ke mana arah pertanyaannya. Saya pun balas bertanya. “Bagaimana jika yang memakai bikini itu Putri Raemawasti, peserta Miss Universe dari Indonesia?”
Dia nyengir. Saya juga. Kami sama-sama ndak punya jawaban. Kami berdua bukan orang yang patut mengeluarkan fatwa ini dan itu. Tidak juga punya wewenang mendukung atau melarang apa pun.
Kita tahu dan lihat di media massa, pekan lalu beredar foto Putri yang berbikini kuning dengan potongan halter neck itu. Dia terlihat subur, montok, dan sintal. Lotion yang dibalurkan ke seluruh tubuh membuatnya lebih berkilau. Dan hot? « Read the rest of this entry »
Arisan Pecas Ndahe
Juli 11, 2008 § 46 Komentar
WAKIL RAKYAT STOP KORUPSI
Korupsi mungkin seperti arisan: yang mengunduh berganti-gantian. Hari ini si A, besok si B, lusa si C, dan seterusnya. Dan di ujungnya sana, semua kebagian, semua senang. Hidup jalan terus.
Adakah yang bisa kita lakukan untuk membasminya? Kalaupun ada, dari mana memulainya? « Read the rest of this entry »
Muchdi Pecas Ndahe
Juli 1, 2008 § 35 Komentar
Pada dasarnya, saya baik dengan semua orang. Kalau orang baik kepada saya, saya bisa bersikap lebih baik kepadanya. Sebaliknya, kalau orang jahat kepada saya, saya bisa lebih jahat kepada orang itu. — Muchdi Purwoprandjono [mantan Deputi V/Penggalangan Badan Intelijen Negara] dalam wawancara dengan majalah Tempo.
Aha, kebaikan dan perbuatan baik rupanya membutuhkan prasyarat. Ini seperti kalimat yang biasa menyembur dari bibir pasangan yang sedang dimabuk asmara, “Kalau kau mencintaiku, aku akan mencintaimu dua kali lebih banyak. Tapi, kalau kau tak cinta, mana sudi aku mencintaimu.”
Well, hidup rupanya tak mengajarkan kita kesediaan memberi lebih dulu, dengan tulus. Kebajikan baru terlaksana setelah ada kebaikan yang mendahuluinya. « Read the rest of this entry »
