Audisi Pecas Ndahe
Oktober 19, 2009 § 69 Komentar
Di panggung Puri Cikeas itulah sebuah pertunjukkan berlangsung. Para aktor dan aktris berjalan terbungkuk-bungkuk manis sekaligus takzim. Paras sumringah. Senyum cerah. Lalu tangan yang melambai pada para juru foto. Lampu kilat menyala. Kamera televisi menyorot.
Dan sebuah teater pun dimulai. Tapi ada pula yang menyebutnya sebagai sinetron kejar tayang.
Entah mana yang benar. Saya hanya jadi teringat pada novel Milan Kundera pada 1990. Novel itu dalam bahasa Ceko disebut Nesmrtelnost dan dalam bahasa Inggris disebut Immortality. Di novel itu, Kundera memperkenalkan sebuah istilah baru: “imagologi”.
Kata ini merangkum banyak hal yang sebenarnya sama: kegiatan biro iklan, manajer kampanye politik, ahli desain, penata rambut, dan tentu saja para bintang pertunjukkan. Sebuah pencitraan. Imaji yang dipoles-poles.
Adalah layar televisi yang menasbihkan pencitraan itu menjadi sebuah drama. Tanpa air mata. Yang penting mencuri perhatian orang. Meski lama-lama banyak yang muak juga. « Read the rest of this entry »
Kambing Pecas Ndahe
Februari 23, 2009 § 122 Komentar
Pesan singkat itu mendadak masuk lewat BlackBerry messenger. Isinya pendek saja, “Ndoro tukeran posting, yuk!” Saya baca pengirimnya. Raditya Dika!
Saya kaget. Di tengah gemuruh acara peluncuran komunitas Bengawan Sabtu malam yang lalu, pesan itu telah membetot saya dari sebuah planet yang riuh ke desa antah berantah.
Sampean mestinya tahu siapa Raditya Dika. Dia mahasiswa, blogger, penulis novel laris Kambing Jantan. Ia sekarang melebarkan sayap kegiatannya dengan menjadi bintang film yang dibuat berdasarkan blog dan novel karyanya itu. Kenapa tiba-tiba dia mengirim pesan ke saya? « Read the rest of this entry »
Bahasa Pecas Ndahe
Februari 21, 2009 § 51 Komentar
Bagaimana gairah bahasa ibu atau bahasa daerah mampu menggelorakan semangat bahasa persatuan (bahasa Indonesia)?
Begitulah pertanyaan seorang perancang bahasa dalam sebuah tulisan menyambut Hari Bahasa Ibu yang jatuh hari ini, 21 Februari.
Hari Bahasa Ibu? Aha, sampean pasti ndak tahu bahwa kita punya hari penting ini. Ndak apa-apa. Saya juga ndak tahu seandainya tak membaca pertanyaan itu. He-he-he …. « Read the rest of this entry »
Udik Pecas Ndahe
September 23, 2008 § 65 Komentar
Ada satu hal yang membuat saya suka pada Agus Condro Prayitno. Apa itu? Mantan anggota DPR yang telah mengaku menerima sogokan berupa cek pelawat Rp 500 juta ini selalu terus terang.
Salah satu contoh keterusterangannya saya baca di koran hari ini. Setelah kembali memberikan keterangan di KPK kemarin, Agus secara blak-blakan menyebutkan nama-nama koleganya yang juga menerima cek serupa. « Read the rest of this entry »
Nguping Pecas Ndahe
September 19, 2008 § 73 Komentar
Pembeli Santun ke Penjual Sop Kaki: “Daging tiga sama kaki dua, udah itu aja. Eh, kakinya yang kanan ya!”
(Semua pengunjung tertegun)
Penjual Sop Kaki: “Mmmm, kenapa harus yang kanan, Pak?”
Pembeli Santun: “Yaaa, biar lebih sopan aja… Kakinya yang kanan gituuu!”
Ha-ha-ha … terus terang saya ngakak membaca potongan percakapan yang juga bisa sampean baca di blog Nguping Jakarta.
Masih banyak lelucon lain di blog yang relatif baru itu, Ki Sanak. Dia pertama muncul September ini. Kata pengasuhnya, entah siapa namanya, blog Nguping Jakarta adalah, “tempat berkumpul para dialog absurd yang berseliweran di kota Jakarta.” « Read the rest of this entry »