eNovel Pecas Ndahe
Januari 6, 2010 § 66 Komentar
Pada mulanya adalah sketsa. Cerita-cerita pendek dan ringan yang muncul beberapa hari sekali di blog ini. Lama-lama menjadi cerita bersambung karena setiap bagian berkaitan dengan bagian berikutnya.
Terbit pertama kali dengan judul Lajang pada 13 Juni 2007 dan diakhiri oleh Harapan pada 17 September 2007, kisah bersambung ini mengambil tokoh sentral bernama Diajeng.
Sketsa-sketsa itu bercerita tentang cinta yang pedih antara seorang family man dan perempuan urban. Sebuah kisah klise tapi selalu memancing perhatian orang. Saya ingat, setiap kali cerpen tentang Diajeng terbit, para pembaca seperti sampean berkomentar macam-macam. Dan beberapa pembaca terus terang mengaku selalu menunggu kelanjutan kisah itu — sesuatu yang membuat saya terharu. « Read the rest of this entry »
Buku Pecas Ndahe
September 7, 2009 § 53 Komentar
Terlalu banyak buku yang perlu dibaca. Terlalu sedikit kesempatan membaca.
Dua bungkusan mampir di meja saya pagi tadi. Dua-duanya memakai kertas cokelat sebagai pembungkus. Dua-duanya bukan sesuatu yang biasa di awal pekan. Tapi begitu saya baca pengirimnya, saya langsung bisa menebak isinya: buku!
Voila! Benar saja. Dua bungkusan itu memang berisi buku. Buku pertama adalah Telling True Stories kiriman seorang sahabat lama. Kami pernah satu kantor pada tahun-tahun awal saya mencari nafkah di Jakarta. Buku itu adalah janji yang ditunaikannya. Pekan lalu, menjelang kepulangannya dari Bali ke Los Angeles, dia memang berjanji akan mengirim buku yang katanya, “Kamu pasti suka.”
Buku kedua adalah sebuah kumpulan cerita berjudul Kekasih Marionette, karangan Dewi Ria Utari. Kami pernah satu pabrik selama beberapa tahun, sebelum dia kemudian meneruskan peruntungan ke tempat lain.
Dua buku. Dua perempuan. Dua mantan teman satu kantor. Aha … saya tahu kenapa hari ini saya merasa begitu tersanjung. « Read the rest of this entry »
Pesantren Pecas Ndahe
Agustus 11, 2009 § 78 Komentar
Man jadda wajada. Siapa yang bersungguh-sungguh akan sukses.
Seperti apakah sosok lulusan pesantren? Apakah mereka dikenal sebagai sosok yang lembut? Alim? Keras? Radikal?
Konon ada empat tipe alumni pesantren. Yaitu, yang semangat wiraswastanya menonjol, punya semangat berdakwah yang lumayan, tapi tipis semangatnya untuk jadi pegawai (25%). Tipe ini banyak dihasilkan oleh pesantren Tebuireng.
Lalu, tipe para alumni yang bersemangat dakwah tinggi, minat untuk jadi pegawai lumayan, dan tipis niatnya menjadi wiraswasta tercatat lebih dari 31%. Sebagian besar mereka ini berasal dari pesantren-pesantren di Jawa Barat.
Ada pula tipe yang semangat dakwahnya tinggi, dan semangat menjadi wiraswasta sama besar dengan minat jadi pegawai (8%). Mereka kebanyakan keluaran pesantren di Jawa Tengah, antara lain Krapyak, Lasem Kebarongan.
Terakhir adalah tipe alumni yang semangat jadi pegawainya tinggi, punya minat lumayan untuk berdakwah, tapi tipis semangat wiraswastanya (31,8%). Mereka ini kebanyakan datang dari Pondok Gontor di Ponorogo, Jawa Timur.
Empat tipe itu tak datang dari langit melainkan hasil penelitian Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) lebih dari sepuluh tahun yang lalu. « Read the rest of this entry »