Gelinjang Pecas Ndahe

November 15, 2007 § 52 Komentar

Pada suatu siang yang muram, di pintu masuk sebuah plasa. Di atas, mendung tebal menggantung. Sebentar lagi pasti hujan tumpah.

Saya melihat lelaki itu dengan keanggunan seorang Arjuna yang tengah berdiri di atas kereta sambil mengangkat gandewa, sesaat sebelum anak-anak panahnya melesat dan menerjang tubuh Bhisma hingga terjungkal di Padang Kurusetra.

Tubuh gagahnya dibalut kemeja kotak-kotak kecil warna hijau, senada dengan pantalon hijau tuanya. Parasnya bersih. Rambutnya yang ikal dipotong pendek.

Lelaki itu terlihat gelisah, berkali-kali melihat arloji di pergelangan tangan kiri. Sebentar kemudian pandangannya beralih ke pelataran depan plasa, memperhatikan setiap pengunjung yang datang.

Saya menduga lelaki itu tengah menunggu seseorang, mungkin temannya, istrinya, pacar, atau kekasih gelapnya.

Dugaan saya terbukti tak berapa lama. Saya lihat dari jauh ada seorang perempuan yang berjalan cepat mendekat ke arah lelaki itu. Ia memakai kaos putih ketat dan celana jins biru. Rambutnya yang sebahu dihiasi bando biru.

Begitu melihat lelaki itu, ia tersenyum dan kedua belah tangannya terbuka lebar seolah hendak memeluk. Lelaki itu tersenyum tipis. Wajahnya memancarkan kelegaan.

Persis di depan pintu masuk itu keduanya berhadapan muka. Baku cium pipi sekilas. Dan sebentar kemudian si lelaki merangkul pinggang si perempuan, mengajak masuk ke dalam plasa.

Sebuah kencan buta di siang hari? Reuni?

Saya ndak tahu dan ndak peduli. Kebetulan saja saya berada di belakang mereka. Dan, kok ya bisa-bisanya, kami berjalan menuju arah yang sama.

Semula saya hendak berbelok ke kiri atau ke kanan, mencari kedai lain. Tapi, siang itu saya kebetulan sedang ingin mengudap di kedai langganan. Ya sudah, akhirnya kami memasuki kedai yang sama.

Sebuah kebetulan?

Aha, mungkin bukan. Terus terang saya penasaran pada pasangan itu dan tertarik mengikuti adegan selanjutnya. Siapa tahu saya beroleh pengalaman kan? Maklum, naluri iseng saya memang susah ditahan.

Pasangan itu memilih duduk di pojok, di atas sofa merah. Mereka memesan menu dengan cepat. Seporsi pasta dan es lemon tea untuk si lelaki, sup panas dan green tea untuk si perempuan.

Sebentar kemudian saya melihat betapa mesranya pasangan itu. Si perempuan berkali-kali mengelus punggung si lelaki, seperti ingin melepas kerinduan sekaligus menenangkan. Sesekali ia nglendot ke pundak pasangannya.

Pria itu sesekali tersenyum jengah diperlakukan dengan penuh kemesraan seperti itu. Matanya gelisah memperhatikan orang-orang yang lalu lalang di depan kedai. Takut kepergok? Oleh siapa?

Saya lihat lelaki itu berkali-kali mencoret-coret tisu, lalu menunjukkannya pada si perempuan yang kemudian terbahak. Saya jadi penasaran ingin tahu apa yang ditulisnya. Tapi, ndak mungkin kan saya minta kertas tisu itu dan ikut membaca. Mau digampar apa?

Akhirnya saya memutuskan untuk bersabar. Siapa tahu mereka meninggalkan kertas itu begitu saja di atas meja. Tinggal menunggu kesempatan untuk mengambilnya. Kalaupun gagal, ya sudah. Lah wong namanya juga “iseng-iseng berhadiah”.

Begitulah. Kesabaran saya ternyata ada hasilnya. Setelah menghabiskan makan siang, mereka langsung keluar dan meninggalkan begitu saja tisu-tisu berisi coretan tangan lelaki itu.

Setelah membayar makanan, saya bergegas keluar sambil melewati sofa merah bekas tempat duduk mereka dan mencomot salah satu kertas tisu yang tadi dicorat-coret itu. Tak sabar saya segera membaca selarik tulisan tangan yang rapi. Isinya pendek saja.

“Hujan. Dingin. Aku membayangkan kita telanjang di atas ranjang tanpa sehelai benang saling mengelus pinggang. Adakah gelinjang? Adakah lenguh yang panjang?”

Edyan. Ternyata jadi orang iseng ada untungnya juga. Ya bisa nemu yang beginian ini … 😀

Apa sampean ya pernah iseng juga, Ki Sanak?

>> Untuk Fatia Salim. Selamat ulang tahun ya, Nduk! Sori telat sehari.

§ 52 Responses to Gelinjang Pecas Ndahe

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

What’s this?

You are currently reading Gelinjang Pecas Ndahe at Ndoro Kakung.

meta

%d blogger menyukai ini: