Setahun Pecas Ndahe

November 17, 2007 § 63 Komentar

Hari ini, tepat setahun sudah saya pindah blog dari sini ke sini. Dan, tanpa terasa telah banyak hal terjadi selama 365 hari yang berlari kencang ini.

Sampean mungkin sudah lupa bahwa posting pertama blog ini tentang kedatangan Bush di Kebun Raya, Bogor, yang bikin heboh itu. Selanjutnya, hampir setiap hari saya publikasikan aneka posting di sini dengan statistik seperti ini.

Semula saya ndak punya keinginan muluk-muluk ketika membangun blog di rumah baru ini. Saya cuma kepengen bisa seperti Paklik Isnogud — lelaki dengan suara seorang Yudhistira: orang yang bicara tentang kebersihan dan perdamaian biarpun di ambang perang — lewat posting-posting di blog ini.

Tapi ternyata, boro-boro jadi Yudhistira, lama-lama saya justru merasa seperti buto cakil yang petakilan di sini. Banyak posting saya yang wagu, ndak mutu, basi, dan ngeselin. Meski memang sejak semula saya ndak pernah meniatkan blog ini untuk sesuatu yang serius. [Kalau mau yang serius ya di blog tetangga saja].

Untuk itu saya mau berucap terima kasih kepada sampean semua yang telah sudi meluangkan waktu, bandwidth, tenaga, juga uang, untuk bertandang kemari. Sekaligus saya juga mohon ampun yang sebesar-besarnya kalau sampean ndak beroleh apa pun setelah berkunjung ke sini.

Saya tahu benar kalau ndak semua tulisan dan gambar di sini layak baca dan tonton. Tapi, bukankah ndak semua lagu Genesis [halah kelihatan betul asal generasinya] juga enak didengar, kan?

Karena itu, saya rela menerima masukan, kritikan, caci maki, dan sumbangan uang ide sampean semua demi perbaikan blog ini. Saya toh cuma manusia biasa yang tak luput dari salah dan justa, Ki Sanak.

Tapi, saya akan tetap menulis selama saya masih bisa menulis, dan sebelum Gusti Allah menyuruh saya berhenti. Buat saya, menulis itu panggilan hati [haiyah], dan karena cuma menulislah kebisaan saya.

Untuk menampung tulisan-tulisan [juga keisengan] itulah, saya membuat tiga blog lain.

Kenapa saya menulis dan nge-blog?

Paklik Isnogud pernah berujar begini. “Menulislah, Mas. Menulislah dengan hati. Lalu lupakan — seperti tangan kiri yang tak pernah mengingat tangan kanan yang memberi sedekah.

Hanya dengan menulis, berbagi dengan orang lain, sampean bakal beroleh berkah, kenikmatan, juga hikmah yang tiada tanding, tiada banding, dalam hidup sampean. Mungkin sampean ndak serta-merta kaya harta. Tapi, sampean mungkin akan mendapat banyak kawan.

Dan, sampean ndak usah khawatir. Gusti Allah ora sare. Dia akan selalu terjaga dan memperhatikan semua yang menghasilkan kebaikan. Jadi teruslah menulis, Mas.”

Paklik, lelaki dengan suara seorang Yudhistira itu, sudah memberikan amanatnya. Saya — moga-moga — bisa melaksanakannya. Tentu saja dengan bantuan sampean semua yang ndak bisa saya sebutkan satu per satu karena saking banyaknya, Ki Sanak.

Tanpa sampean, para pengunjung blog ini, saya ndak akan bisa apa-apa. Saya bukan siapa-siapa. Saya akan tetap menjadi seorang zero bin sontoloyo …

[NB: Jangan nagih saya makan-makan karena ketika sampean baca posting ini, saya mungkin sudah di angkasa. Saya mau menjemput Diajeng di Milan. Sampai jumpa di posting berikutnya.]

§ 63 Responses to Setahun Pecas Ndahe

Tinggalkan Balasan ke Abi_ha_ha Batalkan balasan

What’s this?

You are currently reading Setahun Pecas Ndahe at Ndoro Kakung.

meta