Bungkam Pecas Ndahe

Februari 5, 2008 § 33 Komentar

Kenapa kita bungkam? Mengapa kita menutup dialog? Bukankah sebagai manusia –yang begitu beragam — kita butuh berbicara satu sama lain?

Pernah ada yang mengatakan di balik setiap media, apapun bentuknya, ada sesuatu yang murni yang menyebabkan kita bersedia menembus lingkaran-lingkaran monolog yang tertutup.

Seperti anak yang berjalan malam, kita sering takut kepada suara sendiri yang tak berjawab, kata Paklik Isnogud.

Agaknya itu pulalah sebabnya seorang raja, dalam dongeng di sekitar 300 tahun sebelum Masehi, biasa mengirimkan spion-spionnya ke kalangan penduduk.

Bukan buat memata-matai. Mereka menyusup ke dalam kelompok orang-arang malah untuk menerbitkan debat dan diskusi tentang masalah-masalah kenegaraan.

Pendapat mereka digalakkan, untuk didengar, sebab sang raja tidak ingin memilih kesepian dan kemudian kesalahan.

Mengatasi kesendirian, agaknya itulah juga peran semua media … termasuk blog. Jadi kenapa sampean ndak nge-blog sekarang juga?

Layanan ini tak memihak satu golongan. Mereka percaya bahwa kebajikan, juga ketidak-bajikan, tidak menjadi monopoli satu pihak.

Mereka juga percaya bahwa tugas blogger bukanlah menyebarkan prasangka, justru melenyapkannya, bukan membenihkan kebencian, melainkan mengkomunikasikan saling pengertian.

Mudah-mudahan, semua itu bukanlah omong kosong besar, lima atau sepuluh tahun kemudian.

§ 33 Responses to Bungkam Pecas Ndahe

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

What’s this?

You are currently reading Bungkam Pecas Ndahe at Ndoro Kakung.

meta

%d blogger menyukai ini: