Rayuan Pecas Ndahe

April 28, 2008 § 34 Komentar

Kenali lawan bicara sampean sebelum menelepon, kecuali sampean memang ingin akan ngakak bersama di akhir pembicaraan. Begitulah pelajaran yang baru saja saya peroleh dari seorang Ibu.

Ibu itu tadi tiba-tiba menelepon ke nomor handphone pribadi sewaktu saya hendak istirahat makan siang. Tanpa sungkan-sungkan lagi dia langsung memperkenalkan diri dari PT Blablabla Kapital yang bergerak dalam jual-beli saham.

Dalam hati saya bertanya-tanya. Saham? Sejak kapan saya main saham? Dari mana ibu itu tahu nomor saya? Saya curiga ibu ini pasti cuma mau jualan.

Karena penasaran, saya biarkan saja dia mengeluarkan jurus-jurus pembukaannya. Saya ingin tahu sampai di mana ilmunya.

“Bapak sudah pernah mendengar tentang saham, Indeks Han Sheng, Dow Jones, Wall Street, Nasdaq, Pak?” begitu ibu itu membuka percakapan.

“Indeks? Saham? Han Sheng? Wah, belum tuh. Itu apa ya? Han Sheng itu menteri apa ya?” saya balik bertanya.

Seperti pengail yang melihat umpannya bakal disambar ikan besar, ibu itu lalu dengan bersemangat 45 menjelaskan panjang kali lebar tentang hal-hal yang saya tanyakan.

Karena saya banyak bertanya, ibu itu lalu menawarkan diri menemui saya. Dia berniat memberi pelajaran lebih lanjut tentang apa itu saham, indeks, industri, perdagangan modal, dan sebagainya. “Sebentar saja kok, Pak. Paling dua puluh menit,” ibu itu mencoba merayu.

Saya bilang tak punya waktu dan lebih suka mempelajarinya sendiri. Lagi pula, bahan tentang investasi, saham, modal, bertebaran di buku, majalah, dan Internet.

“Soalnya saya takut kalau belajar dengan sampean terus dimintai bayaran,” begitu alasan saya untuk menolak dengan sopan.

Ibu itu rupanya belum menyerah. “Wah, jangan takut, Pak. Belajar dengan kami juga gratis kok, Pak. Bapak nanti malah akan dapat bonus blabla dan seterusnya,” kata Ibu itu dengan sabar. “Saya juga bersedia datang kok ke kantor Bapak.”

Saya ndak tergoda bujuk rayunya, lalu berniat mengerjai ibu itu sekalian. “Ah ndak usah repot-repot, Bu. Kantor saya jauh, macet pula. Kasihan Ibu.”

Eh, ibu itu pantang mundur. “Nggak apa-apa, Pak. Ini memang sudah pekerjaan saya sehari-hari.”

“Oh, kalau begitu, boleh nggak ibu sekalian ngasih pelajaran semua teman-teman sekantor saya? Pasti banyak yang pengen belajar juga, Bu.”

Umpan saya disambut. “Semua karyawan? Wah boleh juga tuh, Pak. Tapi, untuk awalnya sebaiknya Bapak dulu. Nanti menyusul rekan-rekan Bapak. Kantor Bapak apa? Di mana?” jawab ibu itu. Nadanya terdengar sangat antusias. Saya membayangkan matanya berbinar-binar seperti anak kecil yang diiming-imingi permen.

“Oh, kantor saya PT Blablabla Sekuritas, di Jalan Macet Melulu. Perusahaan saya juga bergerak dalam industri pasar modal, seperti perusahaan Ibu,” jawab saya — tentu saja saya berbohong.

Mendengar jawaban saya itu, Ibu tadi langsung ngakak. “Wah, ternyata kita satu guru satu ilmu ya, Pak. Maaf deh, nggak jadi. Saya jadi nggak enak nih. Kita nanti malah saling memberi pelajaran. Itu melanggar kode etik, Pak.”

Saya terkekeh.

Ibu itu lalu meminta maaf karena sudah mengganggu istirahat siang saya. Tanpa melupakan ucapan terima kasih, Ibu itu lalu buru-buru menutup telepon seraya meminta maaf. “Selamat siang, Pak. Sukses selalu untuk Bapak dan rekan-rekan di kantor,” katanya.

“Sama-sama, Bu,” jawab saya. Dan telepon pun diputus. Klik!

Sekarang gantian saya yang ngakak. Meskipun dalam hati saya kemudian agak menyesal dan merasa bersalah, saya jadi tahu betapa gampang kita mengelak dari bujukan para penjual, asal kita tahu siasat dan taktiknya.

Kentara betul ibu itu main tembak saja tanpa mengenali lebih dulu siapa calon korbannya konsumennya. Ia, misalnya, tak mencari data siapa saya. Apa latar belakang, profesi, juga tingkat keisengan saya?

Apakah ujung tombak pemasaran industri pasar modal memang seperti itu? Apakah mereka tak dibekali ilmu mengenali calon konsumen? Adakah di antara sampean yang bisa menjelaskan, sebelum terjadi lagi insiden menggelikan seperti yang saya alami tadi?

§ 34 Responses to Rayuan Pecas Ndahe

  • nothing berkata:

    aku yo wis tau, wonge ngeyel nang kantor, yo wis.. sayah persilahkan ke kantor. ehh ngerti rupa dan modelku sing dekil trus ngeper… hehe

  • KDR berkata:

    wah ndak pertamax! tapi keduax!

  • Ojat berkata:

    wah, kalo saya paling bingung ngejawab omongan orang2 marketing hehehe, idenya ndoro keren juga 😀

  • dadan berkata:

    biasanya saya jawab dengan lagak sibuk setengah berbisik.
    …Maaf saya tengah meeting. Nanti kita kontak-kontak lagi ya…

    Dan .. tuut.. HP saya tutup 😀

  • kw berkata:

    kayaknya identias kita telah di jadikan komoditi ya? aku juga sering di telepon dari orang2 tak di kenal. mau konfirmasi bla.. bla…

    😦

  • Mas Kopdang berkata:

    itulah masalahnya..kelemahan telemarketing adalah mendengar suara tanpa melihat raga…
    beda dengan Chris dalam Persit of hepines yang tak sungkan-sungkan tatap muka di awal pembuka dengn calon pelanggan..

  • Dhani Aristyawan berkata:

    Berikut ini daftar perusahaan yang pernah calling aku : allianz, bank niaga, e-trading, bank mandiri, quantum, forex trading, century, dan buanyak lagi. selidik punya selidik kelihatannya semua persh yang bergerak di bidang saham dan teman2nya ternyata saling berbagi informasi contacts. Kalo gitu ngelanggar hukum apa nggak ya ??

  • mitra w berkata:

    hehehe, hmmm… kasian juga tuh ibu

  • Catshade berkata:

    Saya juga pernah dihubungi sama perusahaan saham semacam itu, padahal waktu itu saya masih mahasiswa kere 😛 Saya juga bingung, dapet no. telp saya dari mana ya…

  • zeenqu berkata:

    Asli pak, ngakak saya. Saya juga pernah tuh kejadian yang sama tapi nih yang nelpon marketing kartu utang (credit card). Orang nya ngomong ngecipris, hanphone saya taruh meja, saya tinggal ngerjain tugas dkantor.hehehehe….

  • Pitra berkata:

    hehe.. memang paling seneng kalo ada yg telepon berniat jualan. saya pun senang ngerjain mereka. diputer2 padahal sih saya minat sekali pun juga tidak.

    apalagi kalo yg nawarin kredit kard. hihi.. itu paling nggak mempan, wong saya ini orang yg anti pakai kartu kredit..

  • Hedi berkata:

    ooo sampeyan main saham juga ternyata…

  • kenji berkata:

    mereka hidupnya dari prospek list… wajar saja kalau listnya sudah sampai ribuan orang, proses phone call gitu udah kayak kebiasaan saja sehingga kadang hal2 kecil seperti info prospek, klasifikasi prospek, dsb malah diabaikan.

  • Nayantaka berkata:

    sekuritas itu pabrik satpam ya ndoro?

  • -tikabanget- ™ berkata:

    itu kayak sayah sama momon, yang ditawari gabung di Nganu Networking.
    komentar si penjual : “ini bukan MLM. tapi miriipp…”

  • cK berkata:

    setahu saya kalau perusahaan semacam itu, karyawannya diberikan database berupa nama dan nomor telpon, nanti mereka harus menelpon satu-satu orang tersebut dan mempresentasikan pekerjaan mereka itu. makanya kadang data tersebut tidak lengkap, baik kerja dimana ataupun posisi pekerjaannya. yang penting tancep terus.

  • kucluk berkata:

    wah.. ndoro, kasian ibuk itu!.. wekekeke..

  • isnan chodri berkata:

    pecas ndahe sekuritas and foreng tradix ?

  • mikow berkata:

    siapa tau ibu itu masih muda dan cantik loh, nggak rugi ketemu kan ndoro? 😀

  • Rafki RS berkata:

    Turut prihatin untuk ibu itu. Kebanyakkan dari mereka yang menelpon kita seperti si ibu itu adalah pelamar pekerjaan yang direkrut perusahaan yang berkedok perusahaan sekuritas semacam itu. Mereka korban dari bujukan perusahaan-perusahaan yang kebanyakkan menurut saya adalah perusahaan-perusahaan penipu. Korban-korban awalnya adalah keluarga dekat si ibu. Setelah modalnya amblas dan si ibu terlibat hutang di sana barulah ia dipaksa mencari korban lain dengan dibekali nomor telpon yang entah mereka dapat dari mana. Perusahaan semacam ini sudah banyak yang digulung polisi. Tapi selalu bermunculan perusahaan-perusahaan baru yang sejenis. Kasihan si ibu.

  • munyuk pemalu berkata:

    kesian juga ibunya. padahal gw jg sering gitu, langsung dipotong: wah, kerjaan kita sama dong? :p

  • sintaro berkata:

    jadi kaya NDOROVAGANZA yah………wakakakak!!!!!!!

  • cyn berkata:

    saya juga heran deh.. mereka dapetttttttttt aja ya no hp orang-orang…

    pasti dari jaringan visa n mastercard *kesel*

  • yahya berkata:

    kalo lagi ga punya waktu/males : potong di depan “mas/mbak saya gak beli” … biasanya stlh diulang 2 atau 3 kali mereka nyerah

    kalo ada waktu/lagi iseng : di dengerin dulu.. coba selah sela2 nya.. kitik2.. debat2 dikit… terus kalo diajak ketemuan bilang “ga usah, buang2 waktu.. saya gak beli kok” (masih ngeyel ulang lagi.. jangan mas/mbak buang2 waktu bener.. saya ga bakalan beli kok 🙂 .. pake nada se-cool mungkin )

    mau mencegah kyk ginian ga bisa ndor, sampeyan kan terkenal… tua.. dan ganteng lagi… pasti banyak yg ngedarin no hp sampeyan >:)

    *gambarku munyuk po dudu ya… (baru sekali ini komen)

  • silly berkata:

    Lahhhh… itu khan aku mas…

    kamu ndak bisa ngenalin suara aku yach…. 😀

  • sofie berkata:

    saya pernah…saya pernah….

    saya jawab, mbak yang macam itu bukan pekerjaan saya..
    saya kerja di NGO kok…
    terus jwabannya adalah: gak papa mbak, NGO itu advertising kan?, masih ada hubungannya kok…

    OMG!!

  • BARRY berkata:

    Kalau saya sering ditelpon di rumah. Lalu yang nelpon bertanya, “May I speak with Mr. Barry Lastname?” Begitu dia tidak bisa nyebut belakang dengan benar lalu saya iseng, “What did you say?” “Barry who?” Sampai 5 menit ngga bisa nyebut yang betul, lalu saya bilang kalau ini salah sambung 🙂

  • dil berkata:

    iiiih.. aku juga pernah tu ndoro… ditelpon ma yang gak jelas gitu. bilangnya dari perusahaan berjangka *maksudnya jualan jangka ya?yang untuk bikin buletan itu?*. langsung tak potong,’lagi sibuk pak, maaph…tuuut’. trus ada lagi tauk yang resek, yang dari operator cdma gt, nawarin suruh beli nomer, buset dah…kalo gak diangkat, bakal ditelpoooon terus.. sering banget tuh!ganggu bgt. tapi emang operator gt kerjaannya kan harus nilpun2 customernya gt kan?kalo gak ya dia ga da kerjaan…

  • Beyes Kemlinthi berkata:

    Kalo ditelepon deb collector kartu kredit punya trik ndoro? 🙂

  • eno siregar berkata:

    ahh.. Ndoro.. namanya juga usaha… :p

  • hariadhi berkata:

    Aneh buanget saham ditawarin lewat tilpun?! Bisnis milyaran gitu nawarinnya lewat tilpun?

    Lain kali lewat sms aja sekalian yah? Oh.. jangan.. jangan.. YiM aja sekalian. 😐

  • dobelden berkata:

    sapa tahu masih gadis ndoro 😀

  • nanas berkata:

    saya jg pnah kjadian gitu. waktu saya nolak, eh saya dipisuhi, dikatain kere…..lha, jualan ga laku kok nesu….hehehe. manusia2 di dunia ini sdh smangkin gila rupanya!

  • ning berkata:

    tapi kalo sayah yang jualan pasti kemakan,
    lha wong sayah jualan a**k kok, huehehe… 🙂

    * mingkem!!*

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

What’s this?

You are currently reading Rayuan Pecas Ndahe at Ndoro Kakung.

meta

%d blogger menyukai ini: