Iwan Pecas Ndahe

Juli 15, 2008 § 51 Komentar

Nurliswandi (Iwan) Piliang dilaporkan ke polisi oleh Alvin Lie, politikus Partai Amanat Nasional, gara-gara tulisan di Internet. Begitulah kabar yang saya baca kemarin di detikcom.

Tajuk Rakyat di Presstalk.Info

Tajuk Rakyat di Presstalk.Info

Gugatan itu berawal dari tulisan Iwan di Presstalk yang terbit pada 18 Juni 2008. Di situ tertulis antara lain:

PAN meminta uang Rp 2 triliun kepada Adaro, agar di DPR tidak dilakukan hak angket menghambat IPO Adaro. Bahkan Alvin Lie, anggota DPR dari PAN, datang ke kantor Adaro menemui Teddy P. Rahmat. Menurut sumber saya itu Alvin pun meminta uang mulai dari Rp 6 miliar, terakhir Rp 1 miliar untuk dirinya,. “Edwin yakin perusahannya sehat, solid, apalagi Dirjen Pajak sudah mengatakan tidak ada masalah pajak di Adaro,” tutur sumber ini. Edwin tidak mempedulikan “ancaman” hak angket DPR menolak IPO PT Adaro Energy Tbk.

Kalimat itulah yang membuat Alvin Lie berang karena merasa difitnah, dan melaporkan Iwan ke polisi kemarin.

Buat saya, kasus ini sekali lagi menjadi sinyal kuat, pertanda bahwa semua isi blog berpotensi melanggar hak orang. Tulisanmu, harimaumu. Orang yang tak suka bisa melaporkannya ke polisi dengan alasan nama baiknya telah dicemarkan.

Lalu, bagaimana reaksi kita? Kita boleh takut, tapi tak perlu takluk. Dilaporkan ke polisi itu sudah konsekuensi, risiko, dari semua yang kita publikasikan, baik lewat media mainstream maupun blog.

Bersiaplah menerimanya risiko itu. Kalah atau menang itu urusan belakang — biarlah polisi yang menindaklanjuti dan kelak hakim yang memutuskan di pengadilan. Kalau sampean ndak siap menerima risiko ini, jangan ngeblog. Jangan mempublikasikan apa pun.

“Tapi kan saya cuma menulis resep masakan? Mosok mau digugat juga?”

Kita ndak pernah tahu kejutan di balik tikungan kehidupan ini. Bisa saja pemilik asli resep masakan yang sampean tulis merasa hak ciptanya dilanggar, lalu sampean digugat.

“Bagaimana kalau saya mempublikasikan kisah kehidupan pribadi saya sendiri? Bagaimana kalau saya mempublikasikan foto-foto teman saya, seperti Ndoro?”

Well, saya ndak punya jawaban untuk setiap pertanyaan. Saya hanya mau mengingatkan. Bersedialah payung sebelum hujan, meski hari masih terang benderang di musim panas. Berhitung-hitunglah sendiri untung dan ruginya, menimbang-nimbang sebesar apa risiko yang bakal kita terima setelah tulisan dipublikasikan.

Orang pun tentu tak akan sembarangan main lapor atau gugat begitu saja. Mereka pasti juga telah menghitung untung-rugi sebelum melangkah lebih jauh, melaporkan atau menggugat.

Begitulah aturan mainnya. Suka tak suka, kita hidup di negara yang mengatur kehidupan warganya dengan seperangkat aturan dan undang-undang. Perangkat ini memberi kita kepastian hukum, tentang hak dan kewajiban kita sebagai warga negara.

“Bagaimana kalau aturan yang mengekang kebebasan berekspresi itu kita amendemen saja?”

Silakan. Itu hak yang dijamin undang-undang juga. Senyampang aturan itu belum direvisi, tak ada salahnya kita bersiap diri.

Sekali lagi, kita boleh takut, tapi jangan takluk. Selalu ada cahaya di ujung lorong. Kalau niat dan tujuan sampean membuat posting itu bukan untuk merugikan orang lain, ya tenang saja. Jika memang posting itu demi demi kebaikan, kemaslahatan, rakyat banyak, kenapa harus khawatir?

>> Selamat hari Selasa, Ki Sanak. Apakah sampean sudah mempublikasikan sesuatu hari ini?

Tagged: , , , , , , , ,

§ 51 Responses to Iwan Pecas Ndahe

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

What’s this?

You are currently reading Iwan Pecas Ndahe at Ndoro Kakung.

meta

%d blogger menyukai ini: