Berahi Pecas Ndahe

September 11, 2008 § 69 Komentar

Apa lagi yang bisa kau harap dari seorang perempuan bukit air mata selain hampa dan luka menganga?

***

Jakarta seperti seekor kucing di ujung berahi. Berisik. Hiruk-pikuk. Menjengkelkan. Semburan asap knalpot hitam kendaraan umum menyembur persis napas yang hendak memuncak orgasme.

Jalanan bergemuruh bak irama jantung yang berdetak terus memompa darah ke seluruh aorta dan pembuluh arteri. Kerlap-kerlip lampu neon advertensi pertokoan berkeredep laksana mata yang berbinar di tengah telaga kepuasan.

Lelaki itu, yang matang di pertengahan 30 tahun, duduk resah di dalam kabin sedan Jaguar S-Type perak metalik yang adem. Matanya yang tertutup kacamata sport berbingkai titanium hitam TAG Heuer itu sebentar-sebentar melirik arloji Breitling Chronomat di tangan kirinya.

Senja hampir rubuh di barat. Orang-orang kantoran melesat ke jalanan menuju pulang. Bedug Maghrib sebentar lagi ditabuh.

Dalam jemu, lelaki itu memutar lagu dari iPod Nano yang tergolek di bangku samping. Sesaat kemudian terdengar sebuah nomor yang nglangut dari Maroon 5, She Will Be Loved.

Beauty queen of only eighteen
She had some trouble with herself
He was always there to help her
She always belonged to someone else

I drove for miles and miles
And wound up at your door
I’ve had you so many times but somehow
I want more

I don’t mind spending everyday
Out on your corner in the pouring rain
Look for the girl with the broken smile
Ask her if she wants to stay awhile
And she will be loved
She will be loved …

Pria itu membuang napasnya, panjang dan berat, seperti hendak melempar beban masa lalu, dua tahun silam. Tubuhnya yang wangi Drakkar Noir mendadak bergemuruh seperti gunung api yang hendak meletus.

Hatinya semak. Ingatannya melayang dan selalu terngiang pada kata-kata perempuan dari bukit air mata itu. “Hari ini, dua tahun yang lalu. Ternyata kamu tidak baik-baik saja.”

Bah! Dua tahun yang lalu itu artinya 365 hari x 2. Siapa yang masih ingat setiap detail kejadian dalam kurun 730 hari kecuali perempuan dari bukit air mata itu?

Begitu banyak kesedihan yang lewat. Begitu rupa keperihan yang terbang. Kamu tahu apa tentang hari ini, dua tahun yang lalu itu, duhai perempuan bukit air mata? Tentu saja aku tidak baik-baik saja setelah kau pergi berbarengan gerimis yang kepagian itu.

Mungkin kau masih bisa mengenang. Barangkali kau cukup merekam setiap kenangan yang terlewat setelah malam itu. Tapi, kamu tahu apa tentang hati yang retak dan jalan tak berujung?

Hugh … lelaki itu mendengus banal. Arus lalu lintas Jalan Sudirman bergerak seperti siput kekurangan cairan. Lamban. Menjemukan. Maroon 5 masih meneriakkan bagian akhir lagu yang pedih itu …

Please don’t try so hard to say goodbye
Please don’t try so hard to say goodbye

Yeah
I don’t mind spending everyday
Out on your corner in the pouring rain

Try so hard to say goodbye

Jadi jangan kau tanyakan lagi soal cinta. Dia sudah lama kubuang di comberan. Aku bukan yang dulu lagi, pecundang tanpa pekerjaan dan ongkos hidup sebulan. Mestinya kamu tahu itu perempuan bukit air mata. Sebab hidup jalan terus seperti matahari yang dijanjikan mengelilingi bumi setiap hari. Usahlah kau kenang lagi, hari ini dua tahun yang lalu …

>> Selamat hari Kamis, Ki Sanak. Apakah hari ini sampean sudah melihat perempuan dari bukit air mata?

Tagged: , , , , ,

§ 69 Responses to Berahi Pecas Ndahe

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

What’s this?

You are currently reading Berahi Pecas Ndahe at Ndoro Kakung.

meta

%d blogger menyukai ini: