Murung Pecas Ndahe
Desember 15, 2008 § 27 Komentar
Mereka datang dari pertikaian berpuluh musim yang lampau. Tubuh-tubuh yang renta dari negeri air mata.
Matahari, juga rematik, wazir, dan encok, mengeremus tubuh mereka. Keriput telah mengentara di kulit mereka.
Mereka berjumpa di sebuah tempat pegadaian jiwa. Jiwa-jiwa yang terluka kemudian bersekutu dengan sepi.
Sepi telah meranggaskan mereka di ujung senja. Senja menelan waktu. Satu demi satu, seperti puisi murung T.S. Eliot.
Thou hast nor youth nor age
But as it were an after dinner sleep
Dreaming of both.Here I am, an old man in a dry month,
Being read to by a boy, waiting for rain.
I was neither at the hot gates
Nor fought in the warm rain
Nor knee deep in the salt marsh, heaving a cutlass,
Bitten by flies, fought …
Oh, lalat-lalat yang bertikai. Tikam sana, tikam sini. Berebut remah-remah makanan di comberan.
Di mana arif dan kebijaksanaan? Di mana cinta dan kesetiaan? Adakah malam telah berselingkuh dengan pagi dan melahirkan siang?
>> Selamat hari Senin, Ki Sanak. Apakah hari ini sampean merasa hidup kian absurd?
Beri peringkat:
Terkait
Tagged: absurd, cerpen, eliot, liris, metafora, prosa, usia
arif sedang ngerjakan skripsinya ndoro…
“This is the way the world ends”
dari TS E Eliot juga 🙂
tinggal kurang panu, maka lengkap sudah penderitaan.
mmm…sebenarnya Ki Sanak itu siapanya Ndoro sih? kok sering banget ditanya2in?
:p
bahasanya indah banget, ndoro…kalo isinya…mm…coba saya fahami dulu….
lagi gak sehat ndoro? 😀
aku masih tetep semangat menjalani hidup ini ndoro .. maju dan terus maju 🙂
Hu uh absurd
Lagi murung? Tidak, ndoro, ni aku lagi dengerin Tung DW. Dahsyat, ndoro!
sesama lalat biasanya kompak kok ndoro 😀
jaaahhh… lagi mati angin aja bisa posting dengan kata2 yang buat orang ternganga bacanya, emang dah ndoro nih… Cuma bisa diam, dan mencoba menerawang hati, apakah benar hidup kian absurd…
lagi lagi saya harus berkosentrasi penuh membaca postingan ini ndoro 🙂
eh skg dah hari selasa
yakinlah Allah akan memberi yang terbaik buat kita kan ndoro .. termasuk kemurungan yang menghantui, agar diujung jalan bisa kita renungi bahwa perilaku yang tlah kita lalui ternyata sebuah kekerdilan jiwa, kepicikan nurani, dan ego yang keliwat batas, hem kasihan juga ya jadi manusia…
kebijaksanaan terselip gak tau dimana
wuhiii ndorokakung berpuisi. ndoroputrinya mana, dah entuk durung?
walah.. saya ora ngarti.. tapi emang lama2 dunia makin absurd aja ndoro.. populis vs. politis – lah, opo iki? 😛
Billy K.
iamthebilly.wordpress.com
bersambung.wordpress.com
dalam suasana yang kurang menyenangkan
selalu akan ada orang-orang yang akan melakukan perubahan.
dan selalu akan ada kesempatan-kesempatan yang sangat baik.
duh..jadi tambah murung aku mbaca ini..*sigh*
Arif dan bijaksana…dua-duanya ada di kampus saya dulu ndoro…nama lengkapnya Muhammad Arif Bijaksana… kkkkkkkkk
=-=-=-=
*hidup ga absurd….pemikiran orang2nya lah yang kian absurd..*
Maaf Ndoro, nderek langkung, nderek matur… ini lagi pusing ngeliat sepatu yang melayang di kepala pak buzzzzz..
Maav, Absurd tuh apaan yah? Vee gag mudeng, ada yg bisa jawabin gag?
absurd itu tak masuk akal, yang bukan bukan ..yah semacam itulah..Lho walah kok jadi aku yang jawab..heee
Tepislah murung dengan pesona sendratari smaradahana.
Tenang ndoro, aku selalu menyertaimu…
*plok! ditabok*
lalat itu masih belum sadar klo selama ini mereka hidup di comberan
hidup ini semakin absudr saja
absurd ndoro. tidak menjadi semakin mudah !
kenthu absurd ndoro,
lha bbm mudun kok liane tetep panggah,
nek munggah balapan,
nek medun iren,
donya ora waras, absurd
Nek ora absurd ora urip Ndoro…