JK Pecas Ndahe

Maret 20, 2009 § 106 Komentar

Kejutan sering datang tanpa memilih waktu. Seperti Rabu siang itu. Seseorang tiba-tiba menelepon dan mengajukan sebuah pertanyaan.

kopdar bersama JK

Jusuf Kalla berbicara kepada blogger - Foto: Tempo Interaktif

“Pak Jusuf Kalla ingin bertemu bloggers. Bisakah kau undang beberapa kawan?”

Saya terpana. Begitu mendadak. Begitu tiba-tiba. Saya balas bertanya. “Kapan?”

“Kamis. Tapi waktu dan jamnya nanti saya kabari,” jawab suara di ujung telepon. Seorang perempuan.

Telepon ditutup. Siang begitu panas dan lengas. Jakarta mendadak terasa begitu sibuk. Tapi pabrik saya masih lengang. Saya masih dalam kondisi antara percaya dan tidak. Seorang Wakil Presiden mendadak mengundang para blogger. Dia ingin mendengar suara para penulis daring. Kampanye?

Bisa jadi. Bendera start kampanye terbuka memang sudah dikabarkan mulai Senin awal pekan ini. Semua partai, calon legislator, dan juru kampanye mereka giat menjual diri. Tapi jika seorang Jusuf Kalla, wakil presiden dan ketua umum partai besar di negeri ini, tiba-tiba ingin bertemu blogger, saya rasa ini tentu bukan sekadar sebuah kampanye. Lalu apa?

Entahlah. Saya sih ndak terlalu ambil pusing. Mau kampanye atau cuma mau ngobrol, bukan masalah buat saya. Sekarang memang masa kampanye. Bahkan seorang JK pun berhak kampanye. Jadi apa salahnya bertemu dan saling mendengarkan?

Begitulah. Kamis pun datang seperti seharusnya. Seperti janji di telepon sebelumnya, orang itu kembali menghubungi dan memberi kepastian. “Confirm ya. Pak JK jadi mengundang teman-teman blogger. Tempat Kafe Pisa, Mahakam, pukul 20.00. Kalau bisa datang setengah jam sebelumnya.”

Mendengar kepastian itu, saya segera mengirim kabar ke delapan penjuru angin melalui aneka jenis media sosial, Plurk, Twitter, Jaiku, dan Facebook. Reaksi segera berdatangan. Ada yang bertanya-tanya kenapa tiba-tiba JK ingin bertemu blogger, ada yang meledek saya sebagai juru kampanye Golkar, ada yang langsung menyatakan bakal datang, dan sebagainya.

Salah satu teman mengingatkan bahwa pada jam yang sama, teman-teman Fresh mengadakan pertemuan di tempat lain. Anggota komunitas wikimu! pun punya acara kopdar. Adooooh! Pecas ndahe! Kenapa semua harus pada jam dan hari yang sama? Tiba-tiba merasa serba salah.

Well, hidup memang tak sempurna. Dan sering kali kita tak bisa mendapatkan yang kita mau. Setelah menimbang-nimbang, akhirnya saya memutuskan the show must go on. Semua harus berjalan seperti yang direncanakan tanpa saling membatalkan. Biarkan saja teman-teman memilih mana yang cocok dan diinginkan. Kita hidup di tanah demokrasi bukan?

Saya sendiri memilih tetap datang ke acara pertemuan antara blogger dan JK. Bukan apa-apa. Terlepas dari ini masalah kampanye atau bukan, bertemu dengan seorang Wakil Presiden adalah kesempatan langka bagi blogger. Seingat saya, baru kali ini ada seorang Wakil Presiden mengundang blogger untuk bertatap muka.

Saya merasa tak ada salahnya sesekali kita mendengarkan. Tak ada salahnya kita berbagi. Tentang apa saja. Meskipun itu dengan JK.

Pertemuan yang direncanakan itu akhirnya terjadi sekitar pukul 20.15, agak telat dari jadwal. Ada sekitar 130-an tamu, terdiri dari blogger, wartawan, rombongan JK. Di luar tempat pertemuan, saya tak tahu pasti berapa tentara bersenjata api yang ikut datang. Saya hanya sempat melihat satu pasukan berseragam hitam dengan senapan di bahu sedang menanti truk.

JK tampil santai. Berbaju batik lengan pendek warna kehijauan dan pantolan hitam, senyumnya menghiasi parasnya yang bersahabat. Ia memulai percakapan dengan mengucapkan terima kasih kepada para blogger dan tamu lain yang telah datang memenuhi undangan.

JK lalu bercerita tentang alasan pertemuan. “Saya melihat perkembangan teknologi begitu cepat. Dulu orang berkomunikas dengan asap, morse, lalu ada radio, televisi, kemudian handphone, dan sekarang Internet,” kata JK.

Ia lalu mengisahkan bagaimana Internet bahkan telah mengubah kehidupan di keluarganya. “Anak-anak dan cucunya, begitu bangun tidur langsung buka Facebook,” kata JK.

Ujung dari semua itu, kini informasi tak hanya berpusat. Semua orang bisa memproduksi informasi. Perkembangan ini bagus buat demokrasi. Demokrasi berkaitan dengan kebebasan informasi. Pers yang bebas bisa membantu orang yang kelaparan. Begitu ada orang kelaparan di sebuah desa, beritanya cepat menyebar dan sampai ke pemerintah. Blogger itu bagian dari kebebasan informasi. Mereka membuat informasi tak berpusat di satu tempat.

“Seperti zaman dulu, kalau ada kudeta, yang dikuasai RRI karena dia pusat infomasi. Sekarang kalau ada kudeta, siapa yang akan dikuasai. Informasi ada di mana-mana, tidak terpusat. Jadi blogger itu bagus,” kata JK.

Malam itu, acara berlanjut dengan dialog. Sebagai moderator, saya memberi kesempatan kawan-kawan lain bertanya. Ada yang bertanya soal niat JK sebagai calon presiden, hubungannya dengan SBY, dan sikap JK menghadapi kritik. Ada juga yang “curcol”.

JK menjawab semuanya dengan datar. Tapi seingat saya, ia nyaris tak menyebut satu kata pun tentang Golkar, kecuali ketika dia harus menjawab pertanyaan tentang soal pencalonannya yang merupakan amanah dari partai. Tak ada pembicaraan tentang kuning dan kuningisasi.

Malam semakin larut. Sekitar pukul 21.20, saya pun terpaksa mengakhiri pertemuan yang langka itu. Seperti laiknya sebuah kopdar, JK didaulat untuk foto bersama. Setelah mengucapkan terima kasih dan menyalami para tamu, JK dan rombongan pun berlalu.

Saya pulang dengan berjalan kaki bersama Iman Brotoseno, Enda Nasution, Muhammad Zamroni, dan Cornila Desyana. Langit di atas Jakarta semakin kelam. Jalanan masih ramai kendaraan lalu lalang di kawasan Mahakam-Barito. Perut keroncongan. Tenggorokan kering korantang. Iman lalu mengajak kami mampir sebuah warung nasi bakar untuk menenangkan cacing di perut yang sudah meronta dan melepas dahaga sejak sore.

Entah kenapa, Kamis malam itu, setelah bertemu JK, tiba-tiba saya merasa Indonesia sebetulnya tak buruk-buruk amat. Kami toh dapat berjalan kaki, bercanda, lalu makan di warung tenda, seperti biasa. Seolah tak ada apa-apa…. But, yes Iman, he’s stealing the show!

>> Selamat hari Jumat, Ki Sanak. Apakah sampean masih cinta Indonesia?

Tagged: , , , , ,

§ 106 Responses to JK Pecas Ndahe

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

What’s this?

You are currently reading JK Pecas Ndahe at Ndoro Kakung.

meta

%d blogger menyukai ini: