Kalimantan Pecas Ndahe
Oktober 2, 2013 § 34 Komentar
Tahukah sampean apa itu Buraq? Mengapa suku Dayak di Kalimantan Timur menyukainya? Bagaimana pula cara membuatnya?
Buraq yang saya maksud di sini bukan wahana yang dipakai Nabi Muhammad SAW ketika hijrah, juga bukan nama salah satu maskapai penerbangan Indonesia, melainkan jenis minuman tradisional suku Dayak yang mengandung alkohol.
Di komunitas Dayak Long Gelat dan Dayak Bahau Busang, dikenal dua jenis buraq, dibedakan dari bahan pembuatnya, yakni beras gunung dan beras ketan. Untuk membuat buraq, beras/ketan itu dicampur dengan ragi, air, dan direndam dalam tempayan.
Jumlah air tergantung selera atau sesuai takaran masing-masing pembuat. Rendaman itu lalu diendapkan antara seminggu sampai sebulan, hingga terjadi proses fermentasi alami yang sempurna.
Perasan air beras/ketan yang sudah terfermentasi lalu dimasukkan ke dalam botol dan ditutup rapat. Penutup botol harus diberi lubang kecil untuk sirkulasi udara agar buraq yang dihasilkan berkualitas.
Buraq dapat bertahan sampai bertahun-tahun, asalkan tempat penyimpannya bebas bakteri dan jamur. Seperti wine, makin lama buraq disimpan, makin baik pula kualitasnya. Kadar alkoholnya pun kian tinggi.
Tapi jika pembuatannya keliru, buraq dapat menjadi cuka atau bisa jadi rasanya tetap hambar seperti air biasa (uli ataq dalam bahasa Dayak).
Saya mengetahui perihal buraq dan teknik pembuatannya dari buku yang baru saja saya baca, Warisan Teknologi Kampung, Masyarakat Dayak Kalimantan Timur, terbitan PT Kaltim Pasifik Amoniak (KPA). Buku ini diluncurkan pada 5 September 2013.
Dari buku itu saya tahu bahwa minuman beralkohol bukan sesuatu yang asing atau terlarang bagi mereka. Meminum buraq justru menjadi bagian ritual yang dilakukan pada saat upacara adat, misalnya, panen padi, pesta pernikahan, dan perhelatan lain yang dihadiri banyak orang.
Uniknya, masyarakat Dayak Bahau dan Dayak Long Gelat tak mengenal istilah “mabuk.” Jika ada orang Dayak yang merasa pusing setelah menenggak buraq, ia akan segera pulang ke rumah. Ia merasa malu seandainya sampai mabuk dan muntah di tengah keramaian.
Hukum adat komunitas Dayak bahkan melarang anggota komunitas mabuk-mabukan, serta membuat keonaran dan membahayakan orang lain — sebuah kearifan lokal yang dipegang sejak dulu.
Buku Warisan Teknologi Kampung ini menarik buat saya bukan hanya karena kelengkapan informasinya mengenai buraq, tetapi juga pengetahuan lain tentang teknologi kampung suku Dayak di Kalimantan Timur.
Buku itu juga memuat teknologi pemukiman rumah panjang (lamin), cara mengolah makanan, mengolah ladang, pembuatan senjata tradisional, aneka ragam transportasi tradisional, busana, obat-obatan, teknik merajah tubuh atau tato, dan sebagainya.
Ringkasnya, buku itu menyimpan kekayaan informasi tentang teknologi suku Dayak. Ia menjadi dokumentasi tercetak, arsip, dan daftar inventaris segala hal tentang suku Dayak.
Kita tahu yang namanya dokumentasi itu penting bagi masa depan. Di dalamnya terkandung banyak sekali informasi sehingga menjadi semacam pusat ingatan.
Terus terang saya senang melihat upaya orang-orang dan lembaga swasta yang dengan tekun mencari, menelisik, dan mendokumentasikan teknologi kampung suku Dayak ini.
Jika masyarakat atau suku-suku lain juga melakukan upaya serupa, maka kita akan memiliki catatan tentang kekayaan budaya, tradisi, juga teknologi ala Indonesia yang bisa dipatenkan.
Menariknya lagi, buku Warisan Teknologi Kampung Masyarakat Dayak Kalimantan Timur ini tidak diperjualbelikan, melainkan dibagikan secara gratis di sejumlah perpustakaan daerah, universitas, dan sekolah-sekolah di berbagai kota di Indonesia.
Sampean juga bisa mengunduhnya di sini.
Dengan cara seperti itu, informasi dan pengetahuan tentang kekayaan Indonesia bakal tersebar seluas mungkin, dibaca lebih banyak orang, dan awet. Berbagi memang tak pernah rugi, bukan?
>> Selamat hari Rabu, Ki Sanak. Apakah sampean pernah ke Kalimantan Timur?
Share buku yang patut ditiru daerah lain, dan menumbuhkan gemar membaca.
Selain buku, perlu juga dibuat video dokumenternya, karena ada hal-hal tertentu yang lebih gamblang dijelaskan melalui medium audio-visual. Yuk kita bikin yuk Ndor?
siyap kak tika 😀
wihh… ndor sebenarnya sih saya pengen di tato
tp tkut sakit ndor, orang natonya ditusuk2 pkai jarum…
semoga senantiasa lestari budaya di negeri ini.
kalo di kota besar sebagian kalo mabuk malah suka. trus pamer biar keliatan keren 😀
masih banyak budaya2 unik yang menjadi kekayaan budaya Indonesia, kalo begini, rasanya kok kita sangat diberkahi Tuhan Yang Maha Kuasa ya
belum pernah ke kalimantan dan ingin sekali rasanya untuk kesana 🙂
kalau sesuatuu hal yang dapat memabukan itu haram pak
pertama baca kirain buraq kendaraannya Nabi Muhammad SAW, eh ternyata bukan hehe suku2 di Indonesia emang banyak dan unik2 ya, keindahan alam Indonesia emang nomer wahid deh *imo* makanya aku pengen banget beli rumah minimalis yang depannya danau kaya di http://www.citralakesawangan.com/?p=1405 , biar berasa menyatu dengan alam terus :”)
salam kenal ya…, memang semestinya begitu berbuat demi kebaikan,
dan kemajuan bersama, salam dari Banyuasin Sumatra Selatan, jangan lupa mampir di, http://yatmibainfo.blogspot.com, ya…..
gmana caranya ndor ?
iya gmna ndor ?
menarik ni ndoro (Y)
makasih link donlot bukunya mas..
apa ndor ?
????
wih alkohol :O
O_O
masyarakat pedalaman memang masih suka mabuk-mabukan karena ga da yang ngelarang
baru tau aku 😀
wakawakkaaa ;D
Saya bolak balik ke Kaltim….malah pernah ke rumah suku Dayak Kenyah….tapi nggak berani nyoba buraq ini…
Btw makasih infonya ndoro..pengin cari bukunya.
Pengen ditatoh cuman mamah pasti malah, om. hiks. :))
setiap budaya beda2 ndol, ada yg serem, ada yg menyenangkan..
tp kita harus tetap melestarikan budaya yg sudah di tinggalkan nenek moyang untuk kita…
Kalau begitu ada tambahan definisi mengenai buraq selain kendaraan Nabi Muhammad SAW dan maskapai penerbangan. Harus ditambahkan di Kamus Besar Bahasa Indonesia, bukan begitu Ndor…
Ide pembagian bukunya patut ditiru daerah-daerah lain.
Salam kenal Ndoro…
Semakin menambah khasanah pengetahuan
I love Indonesia
maunya leluhur sih bukan untuk mabuk-mabukan, tapi sekarang entah ndor,…
nice info… kunjungi juga http://hkmibnu.blogspot.com/
alhamdulillah saya tinggal di kaltim ndoro,alhamdulillahnya lagi KPA yang bagi-bagi buku gratis itu perusahaannya berbasis dikota saya jadi buku itu sudah habis saya baca. kalimantan memang unik,indah,dan selalu membekas dihati.tapi sayang sekali sekarang sudah mulai dijajah tambah batu bara dan kebun karet serta kelapa sawit
Jadi semakin tau deh khazanah budaya indonesia…thanks ndoro
salam kenal ya.
yang namanya minuman beralkohol sedikit saja tetep haram Pakde. 😀
Kemarin baru saja dari Kalimantan – Banjarmasin.
http://yanuartotw.com/2014/01/30/ternyata-di-kalimantan-ada-bajaj/