Spion Pecas Ndahe

Desember 13, 2013 § 26 Komentar

Mereka yang tiap hari wara-wiri di ruas-ruas jalan Jakarta tentu paham benar situasi seperti ini: Jakarta, sore, dan hujan. Ini adalah kombinasi maut yang membuat siapa pun nyaris frustrasi.

Lalu lintas macet. Nyaris tak bergerak. Orang-orang berjubel di dalam angkutan umum, berdiri berdesakkan di dalam bus Transjakarta. Keringat bercucuran dipanggang udara yang lengas.

Keluh kesah nyaris tiada guna. Sumpah serapah apalagi. Seribu makian bakal menguap ke udara bersama asap knalpot angkot yang hitam.

Setiap kali duduk di belakang kemudi, di tengah lalu lintas yang mandek seperti itu, pikiran saya selalu berkelana ke mana-mana. Pandangan juga melayap tak keruan.

Kadang saya iseng melirik spion dan melihat bagaimana paras orang-orang di kendaraan belakang. Wajah-wajah yang lelah dan nyaris putus asa.

Tapi kadang saya justru menikmati pemandangan seperti itu. Pemandangan yang memamerkan keragaman wajah orang-orang di tengah kemacetan. Ada sepasang lelaki dan perempuan usia paruh baya. Sepertinya suami istri yang pulang dari kantor berbarengan.

Si lelaki duduk di belakang kemudi, berkumis dan berkacamata. Parasnya terang, tapi sinar matanya redup. Yang perempuan di sebelahnya berhidung bangir, rambut lurus sebahu. Wajahnya sama jemunya dengan si lelaki. Duduk mereka agak berjauhan, masing-masing menyender ke kaca jendela. Sepertinya pasrah melihat jalanan yang menunda mereka sampai di rumah.

Di sudut yang lain, ada sebuah truk pengangkut barang. Sopirnya masih muda. Kulit wajahnya kehitaman, tanda sering di jalanan. Topi bisbol biru di kepalanya terlihat kusam. Dari tadi dia merokok tanpa henti. Sesekali jarinya mengorek upil di dalam hidung.

Di dalam city car merah di sisi kiri, seorang perempuan muda terlihat memakai earphone yang terhubung ke handphone. Mulutnya yang dipoles lipstik warna terang tampat komat-kamit seperti sedang berbicara dengan orang di seberang sana. Sesekali ia tertawa lebar, memamerkan giginya yang rapi, bersih, dan putih.

Ada banyak wajah lain di dalam kendaraan di belakang saya. Kita tak pernah bisa menebak siapa sesungguhnya mereka? Orang-orang yang berani menantang kerasnya Jakarta? Orang-orang yang tak punya pilihan? Orang-orang yang kebetulan saja lewat?

Setiap hari saya melihat mereka. Tingkahnya berbeda-beda. Lantas siapakah saya yang memandang mereka? Adakah di antara sampean yang pernah melihat wajah saya dari balik spion? Seperti apakah saya?

>> Selamat hari Jumat, Ki Sanak. Pernahkah sampean memperhatikan wajah orang-orang di tengah kemacetan?

Tagged: , , , ,

§ 26 Responses to Spion Pecas Ndahe

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

What’s this?

You are currently reading Spion Pecas Ndahe at Ndoro Kakung.

meta

%d blogger menyukai ini: