Cek Pecas Ndahe

September 17, 2008 § 72 Komentar

Sampean pernah melihat cek? Bukan sembarang cek tentu saja, tapi cek pelawat yang setiap lembarnya bernilai Rp 50 juta?

headline koran yang ringkas dan cergas (10 september 2008)

Saya belum pernah. Rasanya banyak di antara sampean yang juga belum pernah.

Apa? Pernah? Halah. Sudahlah. Mengaku sajalah. Usahlah menipu. Kita toh sama-sama kaum rudin dari tanah gersang.

Kita bukan tuan-tuan terhormat di gedung beratap keong itu. Mereka jelas beda, terutama 41 orang yang namanya tercantum dalam daftar penerima cek @ Rp 500 juta.

Siapa sajakah mereka? Satu orang sudah mengaku. Namanya Agus Condro Prayitno dari PDI Perjuangan.

Empat puluh orang rekannya dari komisi yang sama belum juga mengacungkan tangan. Entah mereka menunggu apa. Mungkin wangsit. Barangkali keberanian … atau pemaksaan keterpaksaan.

Saya heran, mereka itu pura-pura buta atau memang tuli ya? Sudah jelas-jelas bahwa Pusat Pelaporan dan Analisa Keuangan mempunyai daftar nama para penerima cek, kok ya mereka itu ndak segera maju. Ngaku. “Ya, saya ikut menerima cek itu.”

Dari siapa? “Dari madam rambut sasak tinggi, tulang pipi kurus-tirus.”

Loh berarti sampean menerima suap dong. Sogokan … “Tidak. Kami hanya menerima ungkapan syukur, tanda terima kasih.”

Gratifikasi? “Bukan. Sumbangan kerohiman.”

Halah. Sampean jangan melipat bahasa hukum begitu dong. Jangan sampean lipat itu kalimat ajaib sakti mandraguna dalam undang-undang. Katakan saja, sejatinya sampean terima uang, kan?

“Tidak. Kami hanya menerima cek pelawat. Bukan kami yang menguangkannya.”

Woh, semprul sontoloyo waton suloyo. Sudahlah. Tuan-tuan mau berkilah apa lagi sih? Mau bersembunyi di mana lagi? Mau nyelip di ketiak siapa? Mau pakai tameng apa lagi?

Sudahlah. Jangan kekanak-kanakan. Ndak perlu gusar lalu berniat memotong wewenang lembaga lain. Ndak boleh nyadaplah, ndak boleh memamerkan daftar kekayaanlah, ndah boleh … ah, sudahlah.

Saya tahu bahwa urat malu sampean memang sudah putus sejak dulu, tapi ya jangan kelewatan begitulah. Terlalu mencolok mata. Kami sudah mau muntah. Sudah di ujung mulut.

Sudahlah, tuan-tuan. Mengaku sajalah. Toh nama sampean sudah di kantong.

Eh, eh, tapi ngomong-omong soal suap, kenapa ya Rp 500 juta itu seperti angka standar para penyogok? Buktinya … ah, mungkin kebetulan.

berita tadi malam

berita tadi malam

>> Selamat hari Rabu, Ki Sanak. Apakah hari ini sampean masih yakin Indonesia bakal lebih baik?

Tagged: , , , , ,

§ 72 Responses to Cek Pecas Ndahe

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

What’s this?

You are currently reading Cek Pecas Ndahe at Ndoro Kakung.

meta

%d blogger menyukai ini: