Seruan Pecas Ndahe

Juni 1, 2009 § 298 Komentar

banner bebaskan ibu prita

prita

Prita dan dua anaknya (foto pinjam dari Facebook)

Prita Mulyasari bukan teroris. Ia tak pernah meledakkan restoran atau mengancam akan mengebom hotel. Ia bukan koruptor yang menilep uang rakyat. Ia bukan penjahat yang membunuh orang. Bukan pula perampok kelas kakap yang kerap keluar masuk penjara.

Prita, 32 tahun, hanyalah seorang ibu rumah tangga dengan dua anak yang masih balita. Suatu ketika, dia merasa diperlakukan tak layak oleh Rumah Sakit Omni Internasional, Tangerang. Lalu mengirim keluhan lewat email kepada beberapa temannya.

Tapi, gara-gara email itulah, ia kemudian digugat oleh Rumah Sakit Omni. Ia dianggap mencemarkan nama baik rumah sakit itu. Prita kalah di persidangan perdata. Naik banding. Ia juga menghadapi persidangan pidana dan dijerat Pasal 27 Undang-Undang nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Oleh jaksa, Prita ditahan sambil menunggu persidangan berlangsung Kamis mendatang. Hingga hari ini, Prita mendekam di penjara wanita Tangerang sejak 13 Mei 2009.

Karena perbuatan yang dianggap salah itu, Prita terpaksa berpisah dari keluarganya. Andri Nugroho, suaminya, dan dua anak-anaknya yang masih kecil, Khairan Ananta Nugroho dan Ranarya Puandida Nugroho. Ranarya bahkan tak lagi mendapatkan asupan ASI sejak Prita masuk bui.

Koran Tempo melaporkan, sudah tak terbilang berapa kali Khairan dan Ranarya menanyakan di mana ibu mereka. Setiap menjelang tidur dan bangun dari peraduan, keduanya mencari sang ibu sambil menangis. “Bunda mana? Bundaaaaa,” jerit Ananta, 3 tahun, kala terjaga.

“Saya jawab, ‘Ibu sedang dirawat di rumah sakit,” tutur Andri, 30 tahun, dengan wajah sedih di rumahnya, Bintaro Sektor 9, Tangerang Selatan. Lantaran istrinya tak kunjung pulang, Andri terpaksa mengganti asupan ASI untuk anak bungsunya dengan susu formula. Ranarya, 1 tahun 3 bulan, diasuh bergantian oleh Andri dan pembantu rumah tangganya.

Pegawai perusahaan swasta di Senen, Jakarta Pusat, ini terpaksa berbohong karena anaknya masih terlalu kecil untuk memahami persoalan yang mendera Prita.

Inikah wajah peradilan kita? Masihkah orang-orang membuat Prita ditahan memiliki rasa kemanusiaan? Puaskah rumah sakit Omni setelah Prita mendekam di bui?

Terus terang saya menaruh simpati dan jadi tak nyaman hati. Saya terbayang anak-anak Prita yang setiap hari menanti ibu mereka kembali tanpa kepastian. Bagaimana seandainya nasib yang dialami Prita juga menimpa sampean, ibu sampean, kakak, adik, istri atau pacar sampean?

Prita bukan seorang teroris. Ia bukan koruptor. Dia bukan pembunuh bayaran. Prita hanya seorang ibu rumah tangga dengan dua anak balita yang terpaksa mendekam di penjara gara-gara menulis email. Apakah kita hanya akan diam saja dan berpangku tangan?

Mari kita bergandengan tangan. Mari dukung usaha membebaskan Prita lewat upaya penangguhan penahanan dengan cara sampean masing-masing. Sampean, misalnya, dapat mengikuti seruan di Facebook ini. Sampean pun bisa memilih gerakan seperti yang dipelopori oleh Tikabanget Ituh. Sekecil apa pun dukungan sampean, pasti akan sangat berarti buat Prita dan keluarganya.

>> Selamat hari Senin, Ki Sanak. Apakah sampean bersedia ikut gerakan mendukung pembebasan Prita?

Tagged: , , , ,

§ 298 Responses to Seruan Pecas Ndahe

Tinggalkan Balasan ke arsyadsalam Batalkan balasan

What’s this?

You are currently reading Seruan Pecas Ndahe at Ndoro Kakung.

meta