Permintaan Pecas Ndahe
September 30, 2009 § 47 Komentar
Duhai lelakiku,
Aku tak pernah memintamu menghalangi jalanku di sudut toko itu. Waktu, kesempatan, takdir, mungkin yang mengaturnya. Dan ketika kau terpana memandang parasku yang lesi, itu juga kehendakku. Janganlah kau sesali pertemuan itu. Hidup, juga persilangan, terjadi setiap saat. Kalau bukan di sudut itu, mungkin di tikungan yang lain. Bukankah ombak juga bertemu karang tanpa mengeluh sejak dulu?
Duhai lelakiku,
Aku tak pernah berharap kau mengantarku siang itu. Aku sudah cukup bahagia berjalan sendiri di bawah cakar panas matahari yang memanggang Jakarta. Kau bilang aku tak berhak teriksa oleh panas yang menderai-derai. Tapi sebetulnya aku selalu baik-baik saja. Dengan atau tanpa terpaan cahaya berdaya jutaan kilowatt itu. Matahari dan angin sahabatku sehari-hari. Aku hidup bersama mereka.
Duhai lelakiku,
Aku tak pernah bermimpi waktu kau tawarkan segelas es lemon segar. Senyummu sudah lebih dari cukup. Bahkan jauh menyejukkan dibanding semua yang hijau di bumi ini. Mungkin kau tak tahu betapa aku terpana ketika tanganmu menggenggam uluran tanganku yang ragu-ragu. Lenganmu yang berotot kencang, tapi lembut, menyiratkan kau pekerja tangguh berhati sutra. Aku seperti kapas yang melayap ke langit dihembus topan kebahagiaan.
Duhai lelakiku,
Bukan salahmu, pun bukan karena diriku, jika jumpa itu lalu bertukar tangkap dengan rindu. Yang menggebu. Ada hela-helai hatiku yang gemerincing setelah kau petik berganti-ganti. Lewat matamu yang teduh. Tawamu yang lepas. Usahlah kamu semak hati. Sebab bahkan pelangi pun senang dibasuh hujan.
Duhai lelakiku,
Tentu saja bukan pintaku kalau benih-benih suka itu lantas tersemai begitu rupa. Kembang bermekaran. Daun-daun bertumbuhan. Dan pucuk-pucuk pinus menari bersama gendang kehidupan.
Duhai lelakiku,
Tapi kenapa kau lekas pergi? Aku memang tak pernah memintamu tinggal. Berumah di pinggir telaga sunyi. Aku hanya mengharapmu singgah — sejenak. Biar bungaku tumbuh dulu. Biar gerimis tak lagi jatuh. Dan membasahi peraduanku.
Terlalu berlebihankah permintaanku?
PS: semoga musim semi selalu menyertai langkahmu.
>> Selamat hari Rabu, Ki Sanak. Janganlah bekerja terlalu keras. Dengarkanlah suara alam di sekitar sampean. Pernah kan?
Beri peringkat:
Terkait
Tagged: cerpen, liris, majas, metafora, prosa
Ya, pernah, tapi kadang berjalan sambil lalu. Terima kasih Ndoro?!
Yah tak berlebihan memang ….
Lha kalau ndengar suara alam terus kapan kerjanya, Ndoro? 🙂
lelaki…
makhluk yang tergantung sama wanita…
laki-laki tanpa wanita… bagaikan malam tanpa bintang….
sepi…. senyap…
tiada harmony
ayo pulang kerumah mas….hihihihi….
sedang melanglang nusantara menembus batas nalar dan emosi, guna berbagi dengan sesama….
Nah….apakah sudah beres semuanya….mari pulang…marilah pulang…..
yang sedang aja ya Ndoro, apapun yang berlebihan pasti kurang bagus 🙂
sekarang emang lagi nyantai saya ndoro…
>:D<
Ndoro sedang ada masalah yah….. banyak 2 minta sama Gusti ALLAH. kalo minta ke orang, yang lebih aja blm tentu bisa. apalagi yang berlebihan… tetep semangat ndoro..
Permintaan ku semoga aq luluz.
Doakan ya ndoro.
nice post 🙂 *blogwalking MODE*
aih… aih…
kayaknya beberapa hari ini melow bener, Ndor… 🙂
pas
adanya cuma kemresek doang ndoro 🙂
om , tiap hari posting ya?
mampir untuk pertama kalinya ndoro.
Salam kenal.
permintaan sederhana yang justru mengiris perih *cieee, sok dangdut*.
wahai lelakiku…
tak pernah ku mengharapkan yang lebih, yang ku inginkan hanya waktumu sejenak menunggu bunga2 tumbuh, hingga bunga itu dapat kau ketahui keindahannya. setelah itu, kau pergi bukanlah suatu masalah lagi. karena kau telah membawa sejuta kenangan yang terindah dari sang bunga!!!!
selamat mendengarkan suara alam ya ndoro *emang di jakarta ada?* hi hi hi
kalo saya, selalu mendengarkan suara alam, lah kejanya di hutan 🙂
ah ndoro 🙂
*teriris*
Duhai ndoro, saya juga lagi santai neh..denger merdunya suara mesin gaming…heee
Mmmmmmm suara alam sekitar saya ya?ada bajaj sama suara tv ndoro :p
Duh! Kata2nya bagus ndor,yg lelaki wangi pandan juga. Sastra banget deh! Adore u ❤
*semogamusimsemiselalumendampingimundoro*
Salam sukses selalu untuk sobatku…salam sejahtera
Sekolah Seks Online (Pertama di Indonesia) KLICK DISINI
Sekolah Seks Online (Link II…Lebih HOT) KLICK DISINI
… Awww, Ndoroooooooo …
… kawula bergetar membaca postingan ini …
… serasa ruh Miyabi berpindah ke tubuh kawula …
… Ohhh, Ndorooooo … AI LAP YUUU …
*ai lap yu -nya buat postingan lho ndoro. Bukan sama ndoro kakung.
eniwei, saya masih normal, kok. Straight katanya. Kuenceng!*
Kadang-kadang kalau membaca prosa seperti yang Ndoro tulis hidup kadang jadi sedikit lebih gemulai. Matur nuwun.
Karena terpesona saya mencoba membuat respons di ngerumpi. sayangnya minus bahasa sastra, jadi mohon ampun sebelumnya :D.
…… mak nyesss gitu ndoro……
…….apakah si budi kecil masih di tugu pancoran ……
salam ndor…
semoga webku bisa menjadi nomer satu dengan kata kunci rental mobil
permintaan itu takkan terasa berlebihan jika kita mampu melaksanakannya dan menjalankannya
doa mengalahkan sebuah takdir ( saya cuma denger dari ceramah ) asal doanya sungguh-sungguh. sewa mobil
Penjalu’an, enak memberi apa menerima yah, “Janganlah bekerja terlalu keras.” ojo metentheng wae 🙂
ini hasil memandangi bulan kemaren itu ya ndor?
siang hari ini terlalu terik ndoro
Wah, saya selalu berusaha menikmati hidup ndoro… 🙂
Metal banget ndoro 🙂
untuk lelaki yang bekerja keras untuk dapur yang selalu ngepul di rumah, prosa ini emang cuco’ :p
Mari kita peduli dengan bencana bangsa ini
kayaknya masih dalam batas kewajaran. Lain soalnya kalau minta bintang atau rembulan kayak yang di ketoprak itu lho mas ” Njaluka opo bae bakal tak turuti kajaba tumuruning lintang utawa rembulan cah ayuuuuu”
Salam hangat dari Surabaya.
Senang sekali kalau banyak yang masih mendengar suara alam …
uhuk.
keren bangeeeeeeeeeet….
wow, nice!
love this , nice..
salam kenal..
salam kenal
atikel yang menarik thank’s
enggak berlebihan ko.hehe.. baguuuuussss.. 😀
crita yg bgus
yg merasa lalaki …. harunya merinding membaca narasi puitis ini. makasih,mbah.