Padang Pecas Ndahe
Oktober 1, 2009 § 66 Komentar
Lindu barangkali isyarat waktu: hidup itu ibarat hujan, nyaman tapi sebentar (atau sebentar tapi nyaman).
Gempa bumi mengguncang kawasan Sumatera Barat kemarin sore. Dengan kekuatan goyang 7,6 pada skala Richter, gempa tektonik itu pun meruntuhkan gedung dan menelan ratusan, mungkin ribuan, korban meninggal dan luka-luka.
Pada setiap bencana kita berharap kehadirannya tak menimbulkan luka. Tapi harapan semacam ini nyaris muskil terkabul. Mara dan bahaya adalah luka dan duka. Seperti siang dan malam. Kemarau dan penghujan. Gelap dan terang. Yin dan yang. Dua sisi satu mata uang.
Benarkah alam sedang murka dan menghukum manusia?
Kita nampaknya memang harus menyadari kenyataan tentang kemanusiaan kita yang sama — apa pun perbedaan ras, agama, golongan kita satu sama lain.
Kemanusiaan yang sama pada batas kematian, pada bencana, rasa sedih dan mungkin juga kegembiraan. Seorang penyair berkata untuk semuanya itu ketika ia menyebut, “Di bawah kaki kebesaran-Mu.”
Mungkin dia sadar bahwa manusia itu makhluk yang daif, lemah dan tiada berdaya di depan Penciptanya. Hanya kepada Dialah manusia berserah. Dan Chairil Anwar menulis, dengan satu kalimat yang kemudian termasyhur, “Hidup hanya menunda kekalahan.”
Lantas siapa yang kalah sebenarnya ketika rakyat tak berdaya, nun jauh di seberang sana ada sebagian wakilnya yang justru berpesta-pora merayakan kelahirannya sebagai kelas baru. Status elit. Sebuah mobilitas vertikal.
Perhelatan megah pun digelar. Jas-jas necis. Sanggul dan sasak menjulang. Kantong-kantong yang tebal oleh rupiah. Ruangan berpendingin. Kasur nan lembut lagi empuk. Di malam hari mungkin ada denting-denting gelas kaca berisi anggur yang diadu, lengkap dengan teriakan, “Cheers ….”
Demikianlah, lindu barangkali isyarat waktu: hidup itu ibarat hujan, nyaman tapi sebentar (atau sebentar tapi nyaman), untuk memakai sebuah tamsil dari padang pasir. Maka kita pun gentar oleh kekuasaan itu, tapi kita juga terhibur, bahwa sebagian dari kita tak perlu mengalaminya.
Lalu kita tahu bahwa 350 tahun yang lalu, dan 350 tahun yang akan datang, kita berbeda dari sebuah candi batu: lebih rapuh, tapi lebih berarti dalam rasa syukur.
>> Selamat hari Kamis, Ki Sanak. Apakah sampean beroleh hikmah dari rentetan bencana yang menghantam negeri kita?
Beri peringkat:
Terkait
Tagged: dpr, gempa, korban, padang, sumatera barat
semua kita kembalikan pada-Nya…kita sekarang cuman diharuskan introspeksi diri…jangan memprecepat kehancuran dunia dengan perilaku kita..
mampir wak.. sorotan teksnya dalem! hii..
Sekarang ini sudah masuk taraf teguran, peringatan atau azab denagn sering nya bencana yang menimpa kita 😦
sedih ya ndor? 😦
ikutan kelimaxxxx…………
Turut berduka cita atas terjadinya gempa dasyat di Sumbar, tunjukan solidaritas untuk membantu korban dengan menyisihkan uang, makanan, pakaian, obat-obatan, serta Do’a.
aku kepikiran gimana kalo ternyata yg sedang bener2 diuji Allah itu bukan yg terkena bencana.. tapi yg sedang merayakan pesta ketika ada tetangganya yg sedang menderita.. *brrrrr*
Wallahualam
Ya Allah..
Lindungilah kami semu..
Selamatkanlah kami semua..
Berkahilah kami semua..
Amin.
tanpa bermaksud mencari-cari kesalahan atau apapun, kenapa tanggap darurat dari pemerintah masih kurang optimal. jika di negara laen tentara akan langsung bergerak saat terjadi bencana, di sini kenapa baru H+1, mungkin sampeyan punya jawaban.
benarkah gempa ini bakal kontinyu mengingat letak geografis indonesia sendiri. kita memang tidak berharap. tapi kita musti waspada. semoga gempa ini menjadi hikmah bagi kita bersama supaya bisa lebih dekat dengan sang pencipta
Benar, Ndor… Hidup ini seperti hujan…
Turut berduka untuk korban gempa dan bencana alam lainnya.
Semoga tetap tabah dalam menjalani…. Seperti kata Ebiet G Ade
Bagaimana cara mengambil hikmah dari kejadian-kejadian ini Ndoro?
turut berduka ndoro atas gempa yang terjadi di Padang….
Yg bener Pecah Ndase atau Pecas Ndahe … 🙂
wuih serem fotonya ….
silahkan ke blog saya richocean ttg “2009 3009 ANGKA Gempa PADANG PARIAMAN. 2009 1010 ANGKA Gempa Tsunami ACEH?” dan “2009 0110 Pagi ini Gempa Bengkulu dan Jambi Menyusul Gempa Padang” dan “Selama 17 jam, 3x Gempa PADANG Sumatra Barat”
atau blog saya lainnya
http://richmountain.wordpress.com
salam …
Ga tega nonton berita 😦
setiap kejadian pasti ada hikmahnya..
turut berduka atas bencana gempa di sumatra..
miris melihat ‘kelas baru itu’…
berdoa semoga saudara2 yang di sumbar, jambi bengkulu dan sumatera pada umumnya diberi kekuatan dan ketabahan..
haduuuh aku merinding ndoro 😐
baru aja lebaran kemaren saya mudik ke padang, bahkan rasa masakan padang masih berasa di lidah saya ketika kabar gempa itu datang 😦 keluarga selamat, tapi trauma…
Ndoro kulo kopi paste neng Politikana, iso yoo?
silakeun
Tararengkyu ndoro
wah sebenere pengen kesana ndoro, saya ngga punya uang, tapi masih punya tenaga…
Satu info terusan dari : http://news.okezone.com/index.php/ReadStory/2009/10/01/337/261726/bnpb-buka-posko-pendaftaran-relawan-gempa
———————-
Bagi para relawan yang berminat dapat mendaftarkan diri ke dua pos pendaftaran yang telah disediakan. Yaitu di Pos Lanud Halim dan Pos Pelabuhan Tanjung Priok. Untuk informasi lebih lanjut tentang pendaftaran relawan, bisa menghubungi Koordinator Petugas Posko Darurat BNPB, Fathul Hadi dinomor 08161634360
Hikmahnya? Tetap tawakkal ndoro 🙂
kenapa bencana ndak menimpa anggota DPR yang ndak punya hati nurani, para koruptor, dan penjahat kemanusiaan, ya?
ah, Tuhan mungkin lebih sayang mereka yang di Padang.. 🙂
Selamat menikmati gemerlap dan mewahnya dunia fana ini hingga 5 tahun kedepan (untuk mereka yang baru dilantik) dan turut berduka semoga arwahnya mendapat tempat disisi Tuhan (untuk semua korban gempa Sumatra).
HOTLINE
GEMPA SUMATERA BARAT:0751 9824971 sd 9824980. FREE CALL
Donasi Gempa Sumatera
BCA KCU Thamrin No. Rek: 206.300668.8, atas nama Kantor Pusat PMI.
Dan Lewat Bank Mandiri KCU Jakarta Krakatau Steel No. Rek: 070-00-0011601-7,
atas nama Palang Merah Indonesia.
Salam : Ruanghati.com
alfatihah untuk mereka yang syahid di padang dan sekitarnya
disebut bencana justru karena pasti menimbulkan luka, ndoro. kalo ndak ada yang terluka barangkali lebih pas menyebutnya fenomena alam.
apakah alam murka dan sedang menghukum manusia? saya lebih cenderung kepada alam ingin dimengerti oleh manusia. karena alam berproses sudah sesuai dengan hukumnya, sedangkan kita ini yang sukanya mau menang sendiri yang sudah saatnya untuk introspeksi.
turut berduka, atas musibah di Padang, semoga yang di berikan kekuatan dan ketabahan saudara-saudara kita di sana, Amin
semoga korban yang meninggal dihapuskan dosa-dosanya dan bagi yang ditinggalkan maupun korban lainnya diberikan kekuatan dan kesabaran …
aminn.
bagi kita ngga bisa menyumbang materi maupun tenaga, kita masih bisa memberi doa …
mungkin benar apa kata Ebiet G. Ade
semoga kita semua dapat memetik hikmah dari musibah ini
turut berduka untuk semua korban di padang, semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan kekuatan dan ketabahan…
hikmahnya masih sama.. semakin dekat dengan hari akhir ituh, kalao yang laennya yah.. kesel aja ndoro… sama orang2 disenayan sana… buruknya lagi sodara sodara kita kenapa haru merayakan ber-baju batik?
bukan salah sang batik, memang tapi kenapa harus diselipi “merayakan”
Setuju sama tulisan ndoro. Gak pantes rasanya Anggota DPR dan DPD yang baru dilantik itu “bersenang-senang diatas penderitaan orang lain”, sedangkan rakyat yg katanya diwakili oleh “mereka” sedang dalam musibah.
Kemanaaa… ya hati para Anggota DPR tersebut, apakah hati mereka telah membeku dan membatu. Sehingga mereka tega tetap menyelenggarakan “Pesta” pengangakatan mereka dengan dana 46 Miliar yang seharusnya sudah banyak membantu rakyat yg terkena musibah bila dana tersebut di sumbangkan buat mereka.
Semoga Allah membukakan pintu hati mereka yg tertutup.
hanya melanjutkan saja, dari versi agama, kalo ditelisik waktu dan tanggal kejadaian gempa di padang itu, (menurut saya) ada kesesuaian dengan ayat-ayat alquran; QS 17:16 dan QS 30:10…. [yang mau lanjut klik aja ke bakudara.com]
Ada Apa Dengan Indonesia
Butuh sebuah perenungan
Butuh sebuah kebesaran jiwa
Butuh sebuah kesadaran
Untuk berfikir
Apa Yang Harus dan Akan Kita Lakukan … ?????
harus banyak bersabar akan cobaan ini Ndoro….
he.emmm iyo bos..
Terlalu menyakitkan ketika mendengar ada yang bicara bahwa musibah gempa ini adalah “hukuman” dr Tuhan bg rakyat Indonesia…. masa iya sih.. 😦
Yukss bersatu membantu meringankan derita para korban…
Hikmahnya , Ndoro bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian. Mereka para anggota DPR telah habis uang banyak untuk kampanye, maka sekaranglah saatnya bersenang-senang merayakan kemenangan. Celakanya, disaat yang lain di Sumbar lagi berduka massal karena murkanya alam.
Turut belasungkawa dan prihatin, semoga diberi ketabahan dan kesabaran
siap2 bikin rumah tahan gempa..
*ndak tega liat kejadiane*
turut berduka cita atas peringatan Tuhan ini.
dan bela sungkawa terhadap korban yang meninggal..
turut berduka cita atas musibah gempa sumbar, semoga ALLAH.SWT membukakan hati kita untuk menerima hidayahNYA, amin..
Semoga para korban segera mendapat bantuan secara sempurna, dan yang meninggal dilapangkan jalannya oleh Allah swt. Amien.
kampung nenek saya ancur !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
turut berduka ndoro…
semoga pemerintah dan masyarakat dapat membantu korban gempa dengan maksimal
Mungkin dengan banyaknya bencana dan sakit ini, Yang Maha Kuasa sedang mensucikan jiwa kita. Bukannya orang-orang yang meninggal secara mengenaskan itu termasuk syahid? Wallahuallam.
Dan kalau boleh berlogika dan sedikit mengesampingkan perasaan sentimental kita tentang teguran Tuhan atau apalah itu, sangat masuk akal jika lebih banyak bencana alam yang menimbulkan korban jiwa karena jumlah penduduk dunia secara umum juga jauh lebih banyak. Lihat saja banyaknya orang yang sekarang menghuni daerah-daerah yang dulu sebenarnya bukan untuk pemukiman.
Tsunami, gempa, topan, banjir, letusan gunung berapi, tanah longsor itu peristiwa alam yang sebetulnya biasa, sangat biasa. Keberadaan kita sebagai manusia menjadikan semua peristiwa alam itu tidak biasa karena mereka terjadi bukan di bawah kendali kita dan pastinya mengancam kenyamanan hidup kita. Kita dengan sewenang-wenang melabeli peristiwa-peristiwa alam tersebut dengan sebutan ‘bencana’ yang harus dihindari, dicegah bagaimanapun caranya. Padahal kita manusia adalah bagian dari alam yang harus menyadari bahwa kita harus dengan rendah hati menyelaraskan diri dengan alam, hidup dengan semua peristiwa-peristiwa alam tersebut sepanjang hayat kita. Manusia memang makhluk paling penuh dengan paradoks. Katanya makhluk sosial, tetapi ternyata juga egois.
Ah, dan satu lagi. Kenapa seolah pemerintah tidak pernah mengambil inisiatif untuk memberikan pengetahuan dasar tentang apa yang harus masyarakat di daerah risiko tinggi gempa (saya yakin para pejabat itu punya detil daerah-daerah mana yang rawan gempa) lakukan untuk sebisa mungkin meminimalisir dampak gempa bahkan sebelum gempa terjadi. Misalnya dengan membangun rumah/ bangunan yang lebih tahan gempa. Adalah sebuah tamparan keras bagi dunia arsitektur modern kita saat kita menyaksikan sebuah bangunan jaman Belanda (kalau tidak salah kantor polisi atau semacamnya) di depan hotel Ambacang masih berdiri tegak, relatif utuh tanpa kerusakan semasif bangunan-bangunan dan perumahan modern di sekitarnya.
Dan merujuk pada pernyataan seorang pejabat Depkominfo yang ditayangkan di Metro TV pagi tadi, pola pikir bangsa kita masih permisif, begitu mudah (me)lupa(kan) peringatan-peringatan dini yang telah diserukan pemerintah dan pihak-pihak lain yang berwenang. Benarkah kita begitu,saudara-saudara? ^_^
lha wong wakil2 kita aja bancakan 46 M di senayan saat pelantikan mereka koq, waktu di sisi lain banyak yg menderita
nyesel aku ikut pemilu…
Suka pemaparannya…
– jas jas necis
– muskil terkabul
– mara dan bahaya adalah luka dan duka
Turut prihatin atas rentetan musibah di negeri ini…
sesama alumnus korban gempa,
ikut berduka cita yg sedalam2nya
“Alumnus”? Hmmm, ibarat sebuah universitas yang penuh dengan ujian untuk menguji intelejensia mahasiswa, gempa memang mirip sebuah kampus yang tiba-tiba merekrut kita menjadi mahasiswa bahkan saat kita tidak mau mendaftar masuk, memberi kita serentetan mata kuliah kehidupan yang berat untuk diserap dalam waktu singkat dan kemudian mewajibkan kita lulus ujian semua mata kuliah itu dalam waktu secepat2nya. Dan IPK bukan tujuan utama di sini, tapi dalamnya pengertian terhadap pengetahuan tentang kehidupan yang terus menerus bergerak meski kita diam meratap.
turut berduka cita atas gempa di SUMBAR,
apakah ini merupakan ujian atau azab dari Tuhan? mari kita introspeksi diri,
dateng k blogku kang,,
turut berduka cita atas musibah gempa sumbar, semoga ALLAH.SWT membukakan hati kita untuk menerima hidayahNYA, amin..
mari semua kita kembalikan pada-Nya…
Singsingkan lengan baju untuk turut meringankan beban mereka yang sedang tertimpa bencana.
Terus-terang hati saya menjadi sakit, kalau ada orang yang sedang ditimpa musibah, terus malahan disalahin: “Rasain kamu sudah kena bala Allah, Azab Allah, sekarang, kamu banyak buat dosa sebelumnya”. Coba bayangkan, kalau daerah anda terkena musibah, eh bukannya orang lain malah menolong, malah menyalahkan anda. Apa tidak sakit hati,
Kalau belum kena diri sendiri, memang mudah teriak sana-siniiii…….
Betul-betul keterlaluan. Dalam suasana orang-orang sibuk menyelamatkan korban gempa di Padang, ada umat Islam yang sibuk mencari ayat sebagai dalil bagi peristiwa tersebut. Dalam suasana orang-orang berduyun-duyun menyedekahkan hartanya untuk membantu korban, ada umat Islam yang segera mencari ayat untuk membenarkan peristiwa tersebut.
Seandainya suatu musibah terjadi pada zaman para sahabat ra, mereka akan menahan diri untuk membuat berbagai macam komentar sehingga menanyakan sendiri kepada Rasulullah saw: “Kenapa ia terjadi?” Rasulullullah sendiri tidak akan memberi jawaban sehingga memperoleh wahyu dari Allah SWT. Ini karena sekalipun kita beriman bahwa setiap yang terjadi adalah dengan kehendak Allah, menjadi suatu kesalahan yang besar apabila kita membuat asumsi sendiri kenapa Allah melakukannya.
Mungkin memang ada azab atau peringatan, tapi kita tidak pernah tahu. Apalagi sampai dikaitkan dengan nomor-nomor surat al-Quran untuk menjustifikasikan gempa itu adalah azab Allah
Seenaknya saja mentafsirkan al-Quran supaya sesuai dengan pendapat sendiri…..GOBLOOoooK !!
Sebagai umat Islam seharusnya kita bersyukur karena tidak ditimpa bencana tersebut. Salah satu cara adalah dengan membantu sebisa mungkin orang-orang yang tertimpa musibah tersebut….
Wassalamualaikum
Andri Vista Medina
jika melihat alur sang ndoro necis mungkin mereka memanglah lebih parah.
Gempa hanya merusak satu Generasi dalam 1 waktu sedangkan, Ndoro necis merusak moral yang akan turun termurun ke penerusnya
Gempa terjadi dimana-mana, secara sporadis, akibat lempengan yang bergeser-geser. Ini memang kehendak Tuhan dan Tuhan pula yang akan bisa mengatur agar gerakan lempengan itu mulus tak menimbulkan getaran yang terlalu kuat.
Adalah sangat bijak jika kita memperbanyak sholat malam dan memohon agar gerakan lempengan tak menganggu makhluk Tuhan yang berada diatas bumi.
Salam hangat dari Surabaya
Sebaiknya kita segera menyerahkan diri kepada Tuhan melalui pendekatan kembali kepada-Nya agar musibah ini segera berkurang.
Salam dari Jombang
Mungkin alam marah pada kita dan tak mau bersahabat lagi atau karena ulah tangan kita sendiri
Kita mesti telanjang dan benar-benar bersih
HIlangkan peradaban laknat di bumi indonesia, permainan politik yang menyengsarakan rakyat, ketidak adilan, kesemena-mena’an dan segala hal yang sangat2 tidak disukai alam……
kasian ya korban gempa d padang itu