Gayus Pecas Ndahe
Maret 26, 2010 § 69 Komentar
Apa yang bisa kita lakukan dengan uang Rp 25 miliar di tangan? Mungkin sampean bisa membeli 25 mobil mewah Toyota New Alphard seri 3.5 G. Sampean dapat pula membeli 25 kamar tipe Vaganza yang sangat luks di Apartemen Bellagio Residence, Jakarta. Atau bisa juga sampean membangun empat sekolah dasar mewah di Tangerang City.
Gayus Halomoan P. Tambunan memilih menyimpan uang sebanyak itu di bank. Dan kegegeran pun meledak gara-gara uang Rp 25 miliar itu konon hasil penggelapan pajak.
Tentang pajak, saya jadi teringat sebuah cerita lama yang tersimpan di antara ribuan koleksi perpustakaan pabrik saya. Saya ingin membagi cerita itu ke sampean hari ini.
Syahdan, suatu hari di masa kolonialisme Belanda di Indonesia, seorang penduduk Desa Sambong, Blora, telah menolak membayar pajak. Tidak ragu lagi, asisten wedana menurunkan perintah agar si pembangkang dipenjarakan.
Tetapi sebelum masuk kurungan, orang itu meminta kepada kawan-kawannya untuk memberikan “penghargaan” kepada penguasa daerah begitu dia selesai menjalani masa hukuman. Para sahabatnya setuju.
Benar saja. Setelah hukuman selesai dijalani, ratusan penduduk mendatangi kantor asisten wedana. Inilah saatnya si bekas terhukum dan kawan-kawannya akan memberikan “penghargaan”.
Bagaimana reaksi penguasa? Begitu melihat ada serombongan orang datang mengantar dengan sikap yang mengkhawatirkan, para petugas keamanan pun segera mempersiapkan diri. Petugas menghadang di depan gerbang dan menanyakan apa maksud kedatangan rombongan penduduk.
Orang-orang itu menjawab ingin bertemu langsung dengan sang wakil wedana. Tapi para petugas mengatakan pejabat yang dicari sedang tidak ditempat.
Seorang mantri polisi yang selalu curiga menanyakan siapa pemimpin demonstrasi itu. “Kami tidak ada pemimpin,” mereka menjawab serentak.
“Kalian mau apa?” mantri polisi itu bertanya.
“Kami minta agar asisten wedana menempeleng kami satu per satu.”
Mendengar jawaban itu, kepala polisi makin beralasan untuk curiga dan tetap mengatakan pak asisten sedang keluar kantor. “Kalau begitu kami menunggu,” kata para demonstran yang kemudian serempak duduk.
Konon aksi duduk itu berlangsung sangat tertib, bahkan dalam keadaan tenang dan diam. Bahkan ketika matahari hampir terbenam, orang-orang itu tetap tidak mau dibubarkan.
Karena merasa kehabisan akal, akhirnya pejabat wakil wedana bersedia keluar dengan pengawalan yang cukup ketat. Dan benar saja, para demonstran berbaris dalam jejeran seorang-seorang, lalu tetap berkeras agar asisten wedana menampar muka mereka satu demi satu.
Apa boleh buat. Daripada harus berlama-lama berurusan dengan orang-orang itu, pejabat itu pun mengayunkan tangan ke ratusan muka. Apabila tamparan itu terasa agak mengendor, yang ditempeleng selalu mempotes agar diulang lebih keras.
Alkisah, akhirnya, sang asisten harus mengobati tangannya yang bengkak ke tabib.
Kelak, berdasarkan kisah itu, para demonstran itu disebut sebagai “orang Samin”. Konon kabarnya tingkah-laku seperti itu termasuk dalam jenis kebiasaan mereka untuk tidak mempergunakan kekerasan dalam melawan musuh mereka.
Ulah mereka dalam melawan dengan cara yang unik itu sering kali menjengkelkan para penguasa pemerintahan kolonial Belanda. Apalagi aksi itu kerap dibarengi dengan membangkang membayar pajak. Walaupun tindakan itu membuat mereka disidang, dan para hakim menjatuhkan hukuman, namun sekeluar dari penjara mereka tetap mengulangi aksi-aksi serupa.
Para “saminis” hidup dengan semangat gotong-royong yang kuat, dalam bentuk menggarap sawah serta ladang secara bersama-sama, bahkan hampir tak terdapat batas-batas milik pribadi di antara sesama mereka. Para ahli menyebutkan cara hidup “saminis” sebagai pemula “sistim komune” di Indonesia.
Ada orang bilang bahwa berkembangnya Saminisme pada 1890 bersamaan dengan tahun-tahun masuknya komunisme di sini. Tapi yang mungkin dilupakan adalah bahwa ajaran “satyagraha” — antikekerasan — di dalam saminisme, sama sekali berlawanan dengan cara-cara orang komunis.
Berlawanan atau tidak, rasanya saminisme dan satyagraha layak untuk dikembangkan sebagai perlawanan terhadap kezaliman dan kekerasan yang hari-hari ini terus mengancam kita. Siapa tahu, dengan cara seperti ini, Indonesia jadi lebih baik.
>> Selamat hari Jumat, Ki Sanak. Apakah sampean sudah mengisi dan menyerahkan SPT ke kantor pajak?
Aku masih 1sma,tak tau apa itu pajaaaak~
Btw caranya unik juga yah, kalau begitu tampar mukaku ndoro!!!!!!!!!
Kalau seorang Gayus saja ‘mampu’ mengumpulkan 25 miliar, berapa banyak yang bisa dikumpulkan petinggi di level atasan ybs. Dan apakah betul hanya ada seorang gayus di kantor pajak?
hihihi menjadi kenyataan… maksih ya ndor, postingannya
Dulu sering bertanya2 dari mana rumah dan mobil mewah milik para perwira dan pejabat itu diperoleh… dan mungkin kasus Gayus ini sedikit bisa menjawabnya… π
Ah.. Pajak. Sudah berapa saja saya bayar untuk denda. Pengajuan penghapusan npwp raib entah kemana. Petugas pajak gak ada yang ngaku menerima.
Ikut mbah samin aja ya.. Bayar denda dalam rangka partisipasi membangun negara.
Salam sehat dan sejahtera selalu untuk Ndoro
wah tuisan menarik ndoro..
untung saja gaji saya belum masuk batas minimal npwp π
jadi kapan kita berbaris dan minta ditempeleng? π
Pajak oh pajak.. Membayarnya serasa “dipajak”..
eh jangan salah.
Kewajiban kita yang ber NPWP bukan hanya MEMBAYAR SAJA!!
Masih ditambah MENGAWASI!!!
qqiiqiqi.. opo tumon. jadi salah kita yang mbayar dan ndak ngawasi.
gtu aja gan.
bukan samin ndoro tapi sadulur sikep. dalam sejarah sadulur sikep hanya dua kali mereka dipejara oleh polisi yaitu ketika jaman belanda dan jaman sby!
Saya bingung sebingung bingungnya. Saya tidak ingin memihak, tapi kejadian ini benar-benar bikin kesal. Oknum yang tidak amanah bikin orang jadi ‘males’ bayar pajak, walaupun ‘mungkin’ tujuan pungutan pajak tidak semuanya tidak baik. Mungkin perlu di re-evaluasi ulang sistem perpajakan kita ndoro, gimana?
terima kasih postingannya ndoro. sekarang saya tau kenapa Gayus Tambunan itu dicari-cari. suka maen ‘gelap-gelapan’ sih..
… lunasi pajaknya, awasi ‘oknum’ pajaknya… gitu kan ndor…
sekedar konfirmasi saja ndor, saya dan banyak teman lain di pajek misuh-misuh soal si gayus ini. kecewa sekali saya ndor, sakit hati sangat. mati-matian kita berusaha mbangun kepercayaan masyarakat dengan berusaha memperbaiki profesionalisme dan integritas, termasuk di antaranya dengan menolak setiap tawaran amplop yang kami terima, dan dalam sekejap semua citra yang kami bangun dengan susah payah turun lagi.
kasian pegawai pajak yang gak berengs*k kayak si gayus, kenapa pula kasus pajak trilyunan tempo hari gak seheboh sekarang ulasannya?? tanya kenapa??
punya NPWP juga karena terpaksa ndor…kalo gak gitu ya gak gajian
usul nDoro…
gimana kalo nDoro ungsulken kepada pemerintah agar SPPT dibuat hanya 1 lembar saja thokthil. seperti undangan RT itu lho nDoro.. simpel & langsung sasaran..
lha kita mau bayar pajak, ngisinya itu lho angele ra umum nDoro..
mohon dimaklumi nDoro, kulo tiyang ndusun, ngga tahu apa-apa tentang birokrasi..
Masih mikir, dipostingan ini ada berapa cerita yak π
Desa Sambong? wah dekat rumah tuh. π
Di Kab. Blora, pengikut Samin Surosentiko, masih ada sampai sekarang.
Banyak yg bilang, orang Samin itu “ndablek”, tp dibalik “kendablekannya”, ada sebuah perlawanan. π
Kalau cuman dapat hukuman 1-2 tahun penjara karena korupsi 25M, gapapa deh. AKu rela kok..
Wah enaknya punya uang segitu banyak….
Pajak Oh….Pajak…Sampai kapankah ‘cerita-cerita’ sejenis ini akan berakhir dinegeriku Indonesia…
Pajak? sepertinya orang tua saya belum mengurusnya..
hehe
ngomong2 samin itu kampungku …
Hari ini masih bayar pajak, apa kata dunia? :-p
petruk dadi ratu…. apa kata dunia
tadinya saya mau ikutan kampanye GAK USAH BAYAR PAJAK..
lha wong apa-apa kena pajak, capek-capej bayar eh malah dikorupsi
di bawa kabur ke negeri surga para koruptor (singapur)
tapi Gayus tetaplah oknum, gak bisa digeneralisir..
& demi Indoneia saya ttp isi SPT..
cerita yg sangat menarik.jadi intinya kita harus bayar pajak kan? π
Menyedihkan dan mengecewakan ndoro…..
punya npwp yg belum masuk kategori wajib pajak, tiap setor muka ga kena alias nihil, tapi kadang tidak bisa selalu setor muka, maka diwakilkan ke konsultan, kena deh 25 rb… π
kenapa nggak uang 25rb-nya disetor aja ke negara mas… kan lumayan ada kontribusnya…
Gayus adalah kontraproduktif dunia wajib pajak Indonesia π
jadi inget “film lari dari blora ndor” isinya tentang ajaran samin.. π
si Gayus salah naruh duit tuh…harusnya janagn di bank, tapi dibawah tempat tidur…
pasti gak ketauan.. paling ada yang maling..
Mugagno wong iku kudu duwe ; ” Roso, Rumongso lan Ngrumangsani “. Lak yo ngono tho Bos ?
menurut saya yang bodoh ini, tidak adil rasanya menyalahkan banyak orang dikarenakan kesalahan satu orang. di setiap di instansi Insya Allah ada orang jujur.
barangkali ada Gayus-Gayus yang lain…
di setiap instansi2 lain…
Gayus..
Gayus…….
bikin iri aja…
dari jaman dulu kayaknya sudah tercatat dalam memori kita bahwa orang kantor pajak itu kaya-kaya, padahal kita juga tahu gaji mereka sama dengan PNS lain. kenapa tidak tanya kenapa? kita sudah tahu jawabnya.
Wah kayaknya salah persepsi nih, jadi pajak yang WP2 setorkan itu langsung ke Kas Negara, iya wong bayarnya aja ke Bank atau Kantor Pos. Ga ada duit WP yang dipegang ama Petugas Pajak.
WP2 cuman ngelapor SPT ke Kantor Pajak. Sedangkan penyetorannya ke Bank atau Kantor pos, nah dari Bank atau Kantor Pos itu langsung ke Kas Negara.Dari Kas Negara, Pemerintah Pusat/ Pemerintah Daerah yang mengelola setoran pajak WP2 untuk pembangunan. Pernahkah anda membayar pajak di kantor pajak?? anda hanya melapor saja di kantor pajak.
Kita petugas pajak hanya mengurus pengadministrasian pelaporan dan pembayaran oleh WP.
Jadi ketika ada sarana umum yang rusak, dan lain sejenisnya, itu bukan tanggung jawab DJP. Tanggung jawab itu ada di Pemerintah Pusat/Daerah selaku pengelola uang pajak yang disetorkan WP.
Pada kasus Gayus, modus operandinya adalah WP menyuap Gayus supaya Pajak yang dibayar WP itu lebih kecil daripada seharusnya. Dan biasanya yang menyuap itu adalah WP yang pajaknya miliaran, so daripada bayar pajak 20 miliar (misalnya) ke negara mending bayar ke petugas pajak aja 100 juta.
Jadi ada dua pihak yang terlibat yaitu WP yang nakal dan petugas pajak yang nakal.
Saya beberkan modus operandi agar anda tahu berbagai macam bentuk awal mula kejahatan, tapi jangan ditiru.
Saya hanya ingin memberikan sedikit wawasan untuk anda.
Saya akan beberkan pelaku, karena tidak semua pelaku berasal dari oknum pajak, ada beberapa hal yang membuat beberapa orang menjadi pelaku korupsi.
Saya akan beberkan solusi, karena saya tidak ingin hanya memberikan sebuah masalah. Saya ingin menjadi bagian dari solusi, bukan bagian dari masalah.
Jadi anda semua tidak perlu khawatir setoran pajak anda akan “ditilep” petugas pajak. Uang anda aman di Kas Negara. Yang tidak aman adalah penyelewengan pada saat alokasi oleh pemerintah, bisa saja dana yang semestinya untuk jalan raya malah dipergunakan untuk kepentingan pribadi.
untuk penjelasan lebih komprehensif klik link dibawah ini
http://polhukam.kompasiana.com/2010/03/26/damn-uang-gua-dimakan-ditilep-orang-pajak/
Orang bijak taat pajak, Pejabat bejat nilep pajak, itu kata dunia….
yang perlu diwaspadai adalah “Gayus-gayus” yang LOW PROFIL hingga tak terlacak uang hasil jarahannya. Tapi apa memang ada koruptor yang bisa menahan diri untuk “Pamer kekayaan?”
hidup ini memang penuh kekonyolan ndoro….
gayus ini… sampai2 orang tuanya pun ga tau kalo doi uda kaya raya… parah dah… biarkan tuhan hukum ntar… amin… hehe π
Saya lagi trauma berdarah-darah soal pajak. Tapi saya enggak mau boikot bayar pajak.
Bila petugasnya salah, belum tentu tujuannya salah.
*membodo-bodo-in diri sendiri yang terlalu idealis*
Rakyat-rakyat selalu dirugikan
Kok bisa ya tega makan harta rakyat
Apakah menurut anda gayus ini hanyalah tip of an iceberg??
the power of gayus ada dimana-mana, sampe ke blognya Ndoro ,..hebat… *sambil manggut-manggut
yah itulah hidup kadangkala kalau yang kecil ingin menjadi besar, heh setelah besar mau jadi besar lagi, sampai-sampai lupa kalau yang dia inginkan hanya ilusi.
Belum, gak punya apa-apa, tapi hasil tulisan sudah dipotong pajak! Adil nggak!
konon katanya kalau kita menyuruh orang samin ,”resikana omahe.” maka rumah itu akan bersih tak tersisa apapun, rata dengan tanah.
konon lagi kalau kita meninggalkan barang berharga di lingkungan mereka niscaya tak akan hilang, kejujurannya nomer satu.
wow si gayus..sogokannya banyak tuh..
*btw,orang samin baru denger ndoro
asiknya jika menjadi orang kaya tetapi apakah perbuatannnya itu menjadikan dia seorang dikenal dan perlu di musnahkannnnn
Hahaha…orang bijak (tidak) bajak pajak
goblok semua !!! rakyat ini gampang ditipu dan dikaburkan info dari media….isu gayus-markus pajak itu pengalihan dari isu century , semua itu ada yg mengatur, gayus, usno dll cuma jadi aktor sajah
pajak dan gayus rame bgt belakangan ini. saya sj sampe buat komik stripnya(walaupun ga bagus). silahkan baca di sini
http://thunderblog.web.id/2010/04/komik-strip-1-puk-pajak-untuk-koruptor/
eeeealah ro eh ndor,Gayus ajakok di ributin, gayusku mau esuk dibanting anakku nganti pecah.ya,yangpenting kita jangan saling menggayusi.
jadi inget jaman SD, saya ngajak temen sekelas berjemur diri (hukuman bagi siswa yg telat sekolah) padahal yang telat kala itu adalah sang guru. Beliau bukannya minta maaf malah teriak-teriak : “Mau jadi orang samin ya??? Hah!!!”
saya taunya minyak samin, ndor.. π
btw, cara orang samin melawan terhadap penguasa unik juga.. π
Gayus Tambunan dibesarkan oleh Pajak yang Anda Bayar….
wah lebih enak baca ttg gayus di tulisannya ndor.. hehe
spt ud ndoro kmrn 2 hari sebelum akhir bulan :p
salam kenal http://antopinguin.wordpress.com
1 orang gayus = 25 Milyar. berapa banyak pegawai pajak yang bermental gayus? berapa persen? kalikan persentase itu semua dengan jumlah seluruh pegawai pajak se-indonesia. kalikan dengan 25 M. hasilnya?
itu baru yang golongan IIIA, baru 5-6 tahun kerja di pajak.
Alhamdulillah sudah bayar SPT nya. Tapi terus terang masih sering bingung cara ngisi formnya tuh. Waktu tanya ke salah satu petugas pajak, dia ngakuin juga suka bingung krn sering ganti2 kebijakan cara ngisi dan bentuk form pajaknya. Jadi gimana dunk…???
Kalo masalah Gayus sih..memang dia bukan nilep duit pajak kita, tp dia dpt imbalan krn bantu pengusaha/wajib pajak yg nakal agar dpt discount dlm bayar pajaknya. Level Gayus aja dpt duit 25 milyar kira2 berapa yg didapet level di atasnya Gayus yaa…???
25 milyar kan yg baru ketauan, meneketehe klo ad yg laennya…gayus..gayus…
jadilah orang yang arif dalam menyikapi seluruh kasus di negri ini, tapi ya gitu yang dikorbankan tetap yang kecil2 kalau yang diatas tetap aman sentosa hi hi hi hi
ckckck,, gilee gayus,, g kira2 ngmbil uangnya,, hehehe
bnr2 gak amanah. uang rakyat hrusnya untuk rakyat, bkan untuk B…sat !! (ups.. sensor.he)
Ha ha ha…. Untung Hobiku nonton si Miskin yg lapar dan si Kaya bermewah mewah, ndor..!
Demi Indonesia, demi masa depan bangsa, mulailah bersikap jujur dan bersih, agar wajah buram negeri ini tidak semakin tercoreng.
wah do’ain gayus biar cpt di panggil sama tuhan ndorr,,,
biar gag ada yg hbis in duit pjak