Nyanyian Pecas Ndahe
Mei 13, 2010 § 63 Komentar
Di Indonesia, kita tak pernah tahu seberapa dalamkah sebenarnya kuku korupsi menancap. Tapi di Italia, pada 1990an, korupsi sudah begitu parah sehingga perlu Operasi Tangan Bersih yang dilancarkan pada awal 1993.
Temuan-temuan operasi itu membuat orang Italia kaget. Rakyat marah dan mempermalukan para politikus dan pengusaha yang bertahun-tahun menikmati kemewahan hasil korupsi. Korban berjatuhan.
Raul Gardini, seorang pengusaha terkemuka Italia yang dijuluki tukang sulap keuangan Italia dasawarsa 1980, awal Agustus 1993 bunuh diri karena malu atau tak bisa membayangkan disekap di sel tahanan. Ini kasus bunuh diri ke-12 setelah Operasi Tangan Bersih.
Operasi yang dilancarkan Hakim Antonio Di Pietro itu tergolong pemberantasan korupsi terbesar di Eropa. Dan Di Pietro tidak pandang bulu. Bekas Perdana Menteri Giulio Andreotti dan Bettino Craxi ia tarik masuk ke ruang pengadilan. Sedangkan Perdana Menteri Guiliano Amato terpaksa mengundurkan diri bulan Maret 1993.
Russel Miller, wartawan The Sunday Times Magazine, mewawancarai Pengusaha Carlo De Benedetti, orang nomor satu di Olivetti, yang membuat pernyataan penting di depan Hakim Di Pietro.
Wawancara itu dilengkapi dengan reportase dan riset Peter Semler, yang membeberkan liku-liku korupsi di Italia, dan dimuat di The Sunday Times Magazine, Juli 1993. Majalah Tempo lalu menuliskannya kembali pada Agustus 1993. Berikut ini petikannya.
Syahdan tersebutlah nama Mario Chiesa. Dia direktur partai setempat, seorang apparatchik atau birokrat setia dalam Partai Sosialis yang mengorganisasi kampanye anak Perdana Menteri Bettino Craxi, Bobo, untuk menghadapi pemilihan lokal.
Chiesa bisa mendapat pekerjaan itu, seperti semua orang yang bekerja di Milan, karena raccomandazioni, sistem yang diperluas dari rasa suka atau tidak suka terhadap seseorang dan pemberian uang suap. Sistem raccomandazioni itu selama beberapa tahun sudah menjadi minyak pelumas dalam kehidupan orang Italia.
Duduk dengan tenang di posisinya, Chiesa mengumpuli tangenti atau uang sogok dari semua penyalur maupun kontraktor yang berhubungan dengan Pio Albergo Trivulzio. Tidak akan ada kontrak yang ditandatangani, tanpa bustarella, atau amplop kecil, yang ditinggal di meja direktur.
Kontraktor penguburan bahkan harus menyetor uang suap hanya untuk mendapat hak menguburkan seorang bekas penghuni kota. Hal itu terjadi tak lama sebelum Chiesa menanam modal di sebuah perusahaan real estate, dan sebelum ia dengan bangganya memiliki sebuah rekening pribadi di Bank Swiss.
Awal 1992, Chiesa memberi tahu Luca Magni, seorang bos perusahaan jasa pembersihan, bahwa jika Magni ingin kontraknya diperbarui lagi, ia harus mengeluarkan uang 14 juta lira atau sekitar 6.400 poundsterling.
Dengan resesi yang sudah mulai menggigit Italia, Magni merasa soal uang suap sudah cukup. Ia segera menuju Tribunale, dan menyadari bahwa ia sudah duduk di kursi yang berhadapan dengan Antonio Di Pietro.
Di depannya sudah ada hakim Di Pietro, bekas polisi yang bersemangat, yang berasal dari keluarga petani kecil di selatan Italia, yang tidak punya pandangan untuk berkompromi dalam menentukan hal yang benar dan yang salah.
Sejak ditunjuk sebagai staf penuntut umum pada hakim pemeriksa, Di Pietro sudah lama menunggu orang-orang seperti Magni datang ke kantornya. Sebagai seorang petugas hukum yang pertama kali menggunakan komputer di Milan, Di Pietro dengan rajin mencatat semua keping informasi yang mungkin ada hubungannya dengan uang suap. Dan ia yakin, walaupun tanpa bukti-bukti yang akurat, korupsi di Italia sudah menyebar luas lebih daripada yang disadari orang.
Tidak ada peristiwa yang terlalu kecil baginya untuk tidak dicatat. Ketika seorang wanita melempar jutaan lira dari jendela karena bertengkar dengan suaminya, Di Pietro berpikir bahwa uang itu mungkin saja hasil uang suap. Ia pun mencatat peristiwa itu dalam komputernya.
Di Pietro sudah lama curiga melihat Chiesa, dan mencatat bahwa istrinya yang sudah hidup terpisah, Laura, minta tunjangan perceraian yang jumlahnya sangat besar. Jumlah yang jauh di luar proporsi pendapatan suaminya yang sopan, sebagai seorang pegawai kecil di kantor bendahara. Ia tahu bahwa Mario Chiesa menghimpun dana sebesar tujuh juta poundsterling selama enam tahun menjadi direktur Pio Albergo Trivulzio, dan ia minta sebagian dari dana itu.
Tanggal 17 Februari 1992, Magni datang ke kantor Chiesa dengan menggunakan mikrofon tersembunyi dan membawa tujuh juta lira dalam bentuk cek, setengah dari jumlah yang diharapkan Chiesa. Beberapa menit setelah uang diserahkan, Di Pietro dan satu regu polisi Carabinieri menerobos masuk dan menemukan Chiesa sedang berusaha melenyapkan uang itu di dalam kloset kamar mandi. Tindakan Chiesa terlambat, dan ia segera jadi salah seorang tersangka.
Chiesa segera ditahan dan diperiksa di penjara yang terkenal kejam di Milan, San Vittore, tempat bekas teroris Brigade Merah dan tukang pukul mafia menjual obat-obatan dan mabuk-mabukan dalam suasana yang sempit dan berdesakan. Di Petro mengatakan Chiesa akan dilepas jika bersedia “bernyanyi”.
Chiesa tahu banyak hal dan ia sadar tentang konsekuensi yang tidak menyenangkan jika ia “bernyanyi” tentang apa yang ia ketahui. Akibatnya, ia bertahan di sel San Vittore selama beberapa minggu sebelum akhirnya setuju untuk bekerja sama. Dan ketika mulai bicara, tampaknya ia tidak bisa berhenti lagi.
Dengan menyebutkan banyak nama sambil mengutip beberapa angka, ia sebenarnya melukis gambaran dari intrik-intrik, jaringan organisasi korupsi kelas tinggi yang merasuk di Kota Milan pada semua tingkatan. Ia menjelaskan bagaimana perusahaan besar maupun kecil membayar uang suap untuk memperoleh kontrak-kontrak pemerintah, bagaimana Partai Sosialis dan Kristen Demokrat membagi-bagi uang suap itu dan meneruskannya ke partai-partai yang lebih kecil sebagai uang tutup mulut. Bahkan Partai Komunis juga mendapat bayaran tutup mulut.
Ia menjelaskan bagaimana patron politik bekerja, bagaimana rumah dan apartemen yang dimiliki perusahaan negara diberikan pada pendukung partai dengan tarif sewa yang sangat murah, bagaimana gaji dibayarkan untuk pekerjaan yang tidak pernah ada, bagaimana pensiun hanya diberikan pada orang-orang yang disenangi saja, bagaimana wartawan dibeli, bagaimana sekelompok besar penipu, tukang tadah, dan penggelap pajak mengambil untung dari sistem yang sudah busuk sampai ke akar-akarnya.
Dipersenjatai dengan arsip-arsip luar biasa dari Chiesa, Di Pietro mulai memanggil para tersangka untuk diperiksa. Makin banyak penahanan terjadi, makin banyak pula informan yang datang untuk menyelamatkan diri sendiri.
Sampai akhir Mei, sebanyak 26 pegawai tingkat kecamatan, politisi lokal, dan pengusaha sudah ditahan dan didakwa dengan tuduhan korupsi. Sebulan kemudian jumlah orang yang ditahan membubung tinggi sampai lebih dari 40 orang. Dan yang lebih penting, penyelidikan mulai menyebar ke Roma dan kota-kota lainnya.
Penggelapan pajak, pelanggaran hukum, dan sekadar kepatuhan mengisi formulir resmi merupakan hal yang rutin di Italia. Namun, ketika satu rahasia terbuka, diikuti rahasia lainnya, dan jumlah orang yang ditahan makin banyak, orang Italia tetap terpesona, dan kemudian sedih, melihat parahnya kanker korupsi yang merembes dalam kehidupan mereka.
Politisi, yang dahulu terbiasa disapa dengan penghormatan yang menjilat dalam setiap acara keramaian, tiba-tiba menghadapi publik yang secara konfrontatif menyoraki Ladri!, Ladri! (pencuri-pencuri).
Para pengemudi mobil ikut menunjukkan rasa muak mereka dengan cara Italia yang indah; mereka melempar uang koin dari jendela mobil jika melewati kantor partai atau kantor pemerintah.
Setelah diumumkan bahwa Gianni De Michelis, bekas menteri luar negeri yang gendut, berada dalam pemeriksaan dengan tuduhan menyelewengkan bantuan luar negeri, ia langsung dikelilingi oleh gerombolan orang yang marah di Venice. Bekas menteri yang terkenal dengan hobi mengurus rambut ke salon dan dansa di disko-disko itu dipaksa secara tidak senonoh pergi meninggalkan Venice lewat Grand Canal. Michelis memang menolak semua tuduhan.
Di sisi lain, Di Pietro sudah diangkat menjadi pahlawan nasional. Setiap hari jika tiba di Tribunale, ia selalu dikelilingi gerombolan wartawan maupun fotografer dan ditepuki oleh orang-orang. Namanya juga mulai muncul di kaos-kaos oblong dan disanjung-sanjung lewat tulisan grafiti di tembok-tembok kota.
Hanya 12 bulan setelah Chiesa ditemukan sedang berusaha melenyapkan uang sogokan di toilet, lebih dari 2.300 orang dari posisi tinggi di kalangan politisi Italia maupun dari dunia pengusaha berada dalam proses penyelidikan. Sebanyak 1.356 surat penahanan sudah dikeluarkan.
Bettino Craxi didesak untuk mundur setelah selama 16 tahun menjadi pemimpin Partai Sosialis. Dan Giulio Andreotti, bekas negarawan terkemuka Italia, yang tujuh kali menjabat perdana menteri, juga ikut diselidiki dengan tuduhan korupsi serta hubungan dengan mafia.
Diperkirakan pembayaran uang suap di Italia mencapai sekitar 65% dari defisit negara. Hampir semua pemimpin industri milik negara memberi maupun menerima pembayaran gelap untuk kontrak-kontrak. Sergia Castellari, bekas menteri yang bertanggung jawab atas perusahaan negara, ditemukan meninggal di halaman vilanya di luar pinggiran Roma bulan Februari 1993.
Ia menembak dirinya sendiri dengan pistol, dan diduga sedang mabuk dengan botol wiski yang masih tersisa setengah di sebelahnya. Cek besar dari perusahaan kontraktor ditemukan di rumahnya. Castelari adalah orang kedelapan dalam pembunuhan tangentopoli, istilah yang digunakan untuk skandal penyuapan.
Kisah tentang operasi pemberantasan korupsi di Italia, mengingatkan saya pada sebuah republik yang juga tengah menghadapi masalah yang sama. Di republik itu pun bahkan ada orang yang menyanyi seperti Chiesa dan menyeret teman-temannya …
>> Selamat hari Kamis, Ki Sanak. Apakah sampean tahu di mana republik itu berada?
korupsi di kalangan pelajar juga banyak, oom Ndoro 😦 korbannya ya yang jujur tapi nilainya kecil melulu 😦
kira kira kapan ya tv sudah tidak memberitakan tentang korupsi lagi 🙂
salut buat aRTIKELNYA NDORO
Bagaimana bikin gerakan melempar uang koin ke kantor pemerintah dan partai politik ya?
Biar para pengemis ngumpul disana semua?
semoga korupsi Indonesia dapat segera diberantas hingga ke akar – akarnya
cerita yang menarik, dan sayangnya, ini juga terjadi di indonesia. korupsi yang sudah mendarah daging.
ah andai ada Di Pietro di Indonesia. mungkin kanker ini bisa sedikti diobati..
Kira-kira di negeri kita, siapa ya hakim yang berani seperti Di Pietro?..eh bukan siapa, tapi ada nggak ya?
andai di Indonesia ada Di Pietro
udah teramat sangat membuat jenuh dan memuakkan berita ttg korupsi di negara ini
cerita yg menarik ndoro.aq harap indonesia bisa seperti italia jg.yaitu pembersihan korupsi ampe ke akar2nya. 🙂
Di Italia, rakyat marah ketika tahu korupsi negerinya segitu parah. Di sini marah juga, meski levelnya ga tinggi2 amat, dan parahnya ketika orang yg marah itu disuruh kerja di pemerintahan maka ga jaminan juga dia bakal tetap alim 🙂
Pernah tau kalo satu negara di Asia yang pake jasa ‘detektif korupsi’. Kenapa enggak dicoba ya? 😮
Republik masih milik segelintir orang! Rakyat hanya bisa berdoa!
nunggu nama tw disebut :p
Hebat, lebih dari 2300 orang diselidiki dlm kurun waktu 12 bulan. Ckckck..
mereka lupa kalau ada pengadilan menuju akherat!
bedanya dengan di sini ndor, begitu orang mulai bernyanyi langsung dimasukkan ke ruang kedap suara. konon demi kepentingan yang lebih besar. jiyan!
chiesa ala Indonesia, umumnya ga lantang nyanyinya… dan Di pietro nya Indonesia tebang pilih…*sigh*
kalau Tuhan hendak merubah suatu negara ke arah yang lebih baik, maka salah satu metodenya adalah tempatkan Nabi Musa ke kandang penjahat, istana Fir’aun…
pelajaran apa yang didapat dan hasilnya apa?
1. Fir’aun tetap tidak bisa mencelakakan Nabi Musa
2. Nabi Musa tetap saja alim dan tidak berubah idealismenya sedikitpun bahkan semakin kuat
percaya atau tidak, dan hukum Tuhan ini masih berlaku…
semoga peristiwa tsb segera menyusul di republik yg dimaksud ndoro… amin.
Kalau penyidik dan aparat di Indonesia masih banyak yang sekeren Di Pietro, yang punya integratis dan kebal sogokan, maka insya allah, banyak koruptor ketar-ketir di negeri ini…
Gantung Koruptor dan Mafia Hukum…
koruptor sudah banyak yg ditangkap.pengemplang pajak kapan ya ndor?katanya malah naik pangkat jadi perdana menteri….
Indonesia?
Ayah saya salah satu penegak korupsi nya, eh salah penegak hukum
sudah capek denger tentang pejabat A korupsi, pejabat B korupsi. Hah.
korupsi itu kayak sinetron tersanjung ato cinta fitri, bisa ampe ada yang ke-6..
dst,..
korupsi enaknya kalo dapat korupsi
Chiesa Duadji 🙂
Harusnya Indonesia bisa kaya gitu ya Ndoro…
Saya sempat kepikiran bahwa orang-orang yang tereak korupsi itu karena mereka nggak punya kesempatan buat korupsi. Ketika waktu berlalu, mereka dapet kepercayaan dari rakyat, lalu punya kesempatan buat korupsi…eeh malah mingkem…
Tiap kali ada yang nyanyi, ada teroris yang digerebeg. Suara senapan kan lebih keras dari nyanyian ? 🙂
korupsi adalah akibat dari lemahnya iman
faktor lingkungan dan
rendahnya nilai kebangsaan
Kalo ada kesempatan , kayaknya enak juga ikutan Korupsi, toh hukumannya ringan. ya nggak saudara pemirsa sekalian??? bayangin korupsi 300 M paling parah dihukum 5 tahun atau 10 tahun, anggap aja tidur di sell selama 10 tahun dengan gaji 300 M, pastinya harus cerdik, kalo yang ketahuan Satgas 300 M ya kita meski punya dana korupasi yang tidak ketahuan/aman 4 sampai 5 kali lipatnya. dan jangan lupa, TV,media cetak, Penegak Hukum dan kejaksaan serta para politikus kita libatkan juga dalam menikmati hasil kejahatan kita, pasti lumayan aman. Gimana???
kalo masalah dosa, yang penting gak syirik, masih bisa di ampuni kan, hehehhe ……..oia kalo ada yang mo kursus korupsi tingkat pemula, hubungi saya, di jamin sukses….wkwkwkw..hehehe….itung -itung balikin modal saat nyogok cari jabatan, ya to??? salut buat ibu menteri.
realistis ajah………kalu di dunia indonesia..daripada bunuh diri ya mending kabur keluar negri….sapa tahu dapat prawan bule sing semlohai………
republik dimana..
emang ada perlu ap dengan republik? 😛
negara ini penuh dengan para pemimpin yang korup, mereka hanya bilang saya ” DI FITNAH ”
makanya giliran pak susno yang membongkar kasus malahan di tahan tetapi koruptor sebenarnya bebas berkat pemimpin itu .
finansial adalah alasan untuk oknum-oknum dari tingkat tertinggi negarauntuk korupsi, padahal sudah jelas sapa manusia itu. rakyat hanya menjadi yang tertindas sedangkan para koruptor dengan asiknya melenggang dengan kemewahan.
Kalopun bisa lolos hukum didunia, apakah yakin lolos hukum diakhirat?
di Indonesia ada ga ya, koruptor yang bunuh diri karena ga sanggup masuk sel tahanan?
kaya’nya, mereka tenang2 aja ya..
di negriku..
mentri yg anti korupsi dicongkel
polisi yg lapor ada mafia dikantornya juga di-sel…
dan gak pernah lolos ke piala dunia sepakbola
di italia
udah 4 kali juara dunia sepakbola
Yang pasti bukan Republik Indonesia, karena di sini yang diharapkan BERNYANYI, baru berani BERSENANDUNG PATAH-PATAH.
[…] metode mbuka kartu yang sengaja diirit-irit untuk bahan tawar-menawar seperti itu saya kok ragu metode pemberantasan korupsi yang pernah terjadi di Italia bisa dilakukan sama di negeri tercinta. Bukan cuma korupsi, tapi juga banyak bidang lainnya, […]
Mudah2an orang kayak hakim kek gitu ga cuma sebiji di dunia ini y pak. Biar beberapa diantaranya bisa hidup di republik ini.
Wah, Di Pietro berani banget….
Jujur,,saya adalah salah satu orang yang gak pecaya kalo korupsi bisa dihapuskan dari Republik ini
nggak koment ah
sejujurnya dari tingkat akar rumput bangsa kita sudah terbiasa untuk korup, termasuk saya. Jadi diperlukan gerakan moral bersama untuk mengeliminasinya.
apa perlu muncul 1 orang yang netral-netral saja, tidak tertarik uang, dan berani mengungkap ketidak-adilan secara blak-blakan seperti Pietro? Siapakah orangnya? Ndoro?????? *digebuk*
nDoro, boleh posting ini disebarluaskan? di http://berbahaya.org/ ?
Korupsi, korupsi dan korupsi lagi… Klo ga korupsi mungkin ga bisa makan ya. hahaha ato ada kepuasan batin tersendiri????? Mana ku tahu, jawabanya ada pada mereka yang korupsi.
Republik yang kaya akan alamnya, kaya budayanya, dan juga kaya korupsinya.
Artikel yang buagus banget, Liat judunya bikin penasaran…. isinya pun keren,
salam kenal
Ya, emang gitu SITKON di negeri ini, korupsi maning, korupsi maning, n saya salut sebagai keponakan oom ndoro, artikelnya bagus, salam bwt anaknya ya
[…] Bagaimana sense of urgency terhadap korupsi lahir dan merebak pada seluruh bangsa? Anda bisa baca di Nyanyian Pecas nDahe […]
pengadilan gak cm ddunia, tp akan dpertanggungjawabkan pula d’akhirat..
[…] Gerakan Anti Korupsi harus menjadi gerakan sosial! Gerakan yang berasal dan bersama masyarakat! Negara tidak mampu sendirian! Negara tidak mampu. Seluruh tubuhnya sudah penuh dengan lintah-lintah koruptor yang menghisap uang rakyat! Belajar dari negara lain, Italia bisa terentas dari bahaya korupsi ya melalui gerakan sosial. Gerakan meneriaki pejabat negara. Gerakan melempar koin. (Baca disini lengkapnya, Nyanyian Pecas Ndahe) […]
butuh kreativitas menciptakan gerakan anti korupsi
gerakan anti korupsi harus jadi gerakan sosial
semoga aja ketika anak2ku dah dewasa indonesia bebas korupsi….
Amin ya Allah
Berbagi video dan foto aura kasih
Patut dicoba di Indonesia nih, secara budaya malu yang (seharusnya) jadi budaya bangsa Asia bisa buat hidup orang berasa nggak berarti, tapi kalo emang masih gak bisa juga berarti koruptor Indonesia bener2 bebal
budaya malu adalah martabat bangsa kita
korupsi tidak akan pernah habis jika pemimpin tidak berani tegas..
Lalu apa kabar Di Pietro selanjutnya bung? Maasihkah dia hidup?
Reblogged this on Let's just KISS and commented:
Patut disimak.. And obviously, tidak memenuhi kriteria KISS. Beware!!