Coelho Pecas Ndahe
November 8, 2011 § 122 Komentar
Dari sungai konon kita bisa mendengarkan suara-suara. Lenguhan sapi, kokok ayam jantan, teriakan pedagang sate, klakson kendaraan, juga keriangan dan kepedihan. Dari sungai pula, seorang perempuan merasa yakin hidupnya akan baik-baik saja seandainya ia punya teman.
Saya mengetahuinya malam itu saat Jakarta disiram gerimis setengah hati dan sebuah surat elektronik masuk ke kotak surat. Saya terpana. Pengirimnya seorang sahabat yang sudah lama tak bersua.
Apakah gerangan yang membuatnya meluangkan waktu mengingat saya dengan menulis surat pada dinihari? Adakah yang genting?
Pertanyaan itu bukan datang dari ruang hampa. Berbelas purnama tinggal di episentrum kekuasaan membuat dia berada dalam ruang dan waktu yang begitu jauh dari jangkauan saya.
Selama ini kami hanya sesekali bersua di beberapa tikungan kesempatan. Itu pun cuma sebentar. Selebihnya kami hidup di jalan masing-masing. Yang sunyi …
Yang membuat saya kian puspas adalah itu surat pertama yang pernah dia kirimkan untuk saya. Tak heran bila saya seperti pungguk yang kejatuhan rembulan. Dengan tak sabar, saya pun membacanya …
Ubud, 2011
Me and friends decided to go rafting today. The river is called Ayung river. Located in a village called Ubud, and is one of the prettiest sights one can find when rafting.
It was a beautiful journey. We all enjoyed ourselves and each other’s company. We row forward together. Laughed together. And sometimes got hit together when the boat bumped into the rocks.
At times, the instructor told us to stop rowing. Just stop and completely sit still. At certain turns, we were asked to row backwards. And when the water is still, we were allowed to have a bit of fun playing and swimming in the water.
But before all that wonderful journey across the Ayung river, we had to work our way (and that was a hell lot of work involving 450 stair steps) down to the river, and ofcourse up to the village after the trip concluded.
After the journey that afternoon, in less than 5 minutes, I decided to stay in Ubud. On the contrary to my planned stay in a cozy hotel facing Kuta beach. It was perhaps the ambiance of the Village that made me want to stay. The peaceful yet lively aura of Ubud. Or perhaps I was just simply endulging my ever changing mind.
The beauty of an afternoon walk along Ubud Raya street is one that is hard to explain. One just has to experience it oneself. Let’s just simply say it is beautiful, at sights and at heart.
I stopped by a Periplus book store. This time I was just following my feet. I reckon it is good to let them lead my brain once in a while. A purple-ish book cover caught my attention. ‘Like the Flowing River’, it says on the cover. A book by Paulo Coelho. Again with not much thinking, I picked the book. It was only because of, firstly, it’s nice purple cover, and secondly, it was one of Coelho less heard/talk about books. I didn’t feel like buying a book that almost all friends have read.
‘Like the Flowing River’. I just finished reading few opening pages. The few pages that took me back to the beautiful river of Ayung, and to our rafting instructor, KingKong (Yes, that’s his name). The few pages that reminded me about..Me..(Well, you know, there are time frames in life when we stop thinking about who we are).
Like the Flowing River. I want my own stretches of river of life to be (at least) as beautiful as the Ayung River. Like the journey this afternoon, I realize it will ask extensive works of me. There would be moments when I have to row against the current. There were rocks big enough along the way, ready to make me fall. But there were stretches that are so peaceful that I can just lay on my back on the water facing the sky, and surrender to the river.
I will bump in to things. I may fall. But will I cry? Will I give up? Well, I didn’t this afternoon apart from aching screams that wasn’t too often anyways.
I didnt cry, because I had the greatest companies who could make me laugh whenever I tripped over the boat.
I did not stop because I had them, to support each other.
***
Coelho, KingKong and Ayung river had reassured me that no matter good or strong my boat is, I will need companies to help make my life journey, a meaningful one.
A beautiful one…
Thank you so much,
For being one
Hati saya mendadak hangat. Perasaan saya campur aduk setelah tuntas membaca surat itu. Saya tak pernah menyangka begitu berarti baginya.
Buru-buru saya mengirimkan pesan singkat kepadanya tanpa peduli malam sudah tergelincir lewat dinihari.
“Mengapa kau kirimkan surat itu kepadaku?”
Hampir dua menit berlalu tanpa balasan.
Pada menit ketiga, sebuah pesan masuk. Dari dia.
“Entahlah. Tiba-tiba aku ingin memberi hadiah buat teman-temanku. Aku hanya merasa apa yah…ya gitulah, hahaha…. I think those who can appreciate it are those who knows that I write it for them. Begitu bukan?”
Saya mengiyakan. Saya merasa tersanjung mendapat narasi singkat itu. Entah kenapa saya juga jadi terkenang pada jalan hidupnya: Seorang perempuan di episentrum kekuasaan. Kesepian. Dan ketakutan bakal tak punya siapa-siapa lagi. Bahkan seorang teman.
Dan kesepian yang menggigit itu tecermin ketika ia menulis balasan, “Aku merasa hidupku makin berjarak. Akan ada momen-momen ketika aku berbeda dengan teman-temanku. Dan jujur, aku takut. So promise me ….”
“What?” saya bertanya.
“We can debate all we like… but let’s not stop communicating. Jikalau ke depan ada batu di tengah sungai, tetaplah bikin aku yakin aku masih punya teman.
Tiba-tiba saya merasa seperti mendapat jab keras di ulu hati. Hidup ternyata begitu keras menghajarnya. Dia, perempuan yang selama ini saya kira mampu berdiri tegak sendirian, akhirnya gamang juga di depan jalan yang bercabang. Dan sunyi.
Lama saya tak membalas pesan pendek itu sampai akhirnya saya mengirimkan kalimat singkat, “Aku janji. Demi kita.”
>> Selamat hari Selasa, Ki Sanak. Pernahkah sampaean merasa sendirian justru ketika sudah di atas?
Wah ndoro, ini bagus banget. Siapapun ternyata pernah mengalami masa dimana rasa sepi itu datang dan surat seperti itu benar-benar menghangatkan hati yang membacanya. Penulis surat minta ditemani dan yang menerima surat tersebut merasa bahwa dirinya berarti untuk orang lain. Well done, ndoro. Itu indah banget…
thanks. kapan-kapan aku akan mengunjungi dia … 😀
Nggih leres Ndoro Kakung…kedah dipun tingali (dipurugi)….silaturahmi menikho insyaAllah saged manjangke/ndawakke umur….
pengelola kerjasyariah.com
Peluang kerja syariah & media dakwah online:
Sarana untuk meningkatkan keimanan, keilmuan & ekonomi ummat
ada artikel bahasa inggris, waduh KO aku, artikel bagus, ide briliant, JEMPOL
wah, jadi penasaran…siapa itu ndoro? seorang menteri kah? mantan menteri kah? hehehee
baca tulisan ini, rasanya seperti kembali ke masa 2007-2008. Lama ya Ndor, ga nulis kayak gini
Hai, Ndoro!(tm)
iyes, it’s been such a long time … makchik 😀
baca ini saya seperti berkaca dalam kehidupan saya sendiri, mengalami kesepian ketika sudah diatas, selalu berlagak kuat dan tabah padahal jauh di dalam saya lemah, dan selalu menahan airmata. salam untuk teman ndoro
Insya Allah salam akan kusampaikan kepadanya. jika ada waktu bertemu
Jadi ingat masa nostalgia dulu,gk nyangka bnyak juga bebrapa tulisan di dunia maya yang menarik seperti ini
kalo kata ndoro “I think those who can appreciate it are those who knows that I write it for them” kata saya “I am grateful to have shared this article ndoro”,:D
makasih ya don 🙂
Artikel yang inspiratif dan memberi pencerahan Ndoro..:)
Merasa sendiri dan sepi bahkan ketakutan di tengah keramaian…hmm…saya pernah merasakannya. Bukan karena berada di tengah kekuasaan, tapi karena berada ditengah tekanan psikologis yang membuat diri saya merasa terpuruk dan terluka…
Menjawab pertanyaan di penghujung tulisan itu… Justru ketika berada di atas lah seseorang makin sering merasa sendirian. Seperti piramida, semakin ke atas semakin sedikit batu yang menopangnya.
Tiba-tiba saya merasa seperti mendapat jab keras di ulu hati. Hidup ternyata begitu keras menghajarnya. Dia, perempuan yang selama ini saya kira mampu berdiri tegak sendirian, akhirnya gamang juga di depan jalan yang bercabang. Dan sunyi.
“Dia, perempuan…” cukup menjelaskan dan membuat paham, Ndoro.
Selamat hari Selasa 🙂
hahaha…ah, om rivo suka gitu deh 😀
So true! Aku rindu tulisan2mu yang seperti ini… 🙂
sayangnya, tak setiap malam aku mendapat kiriman surat seperti itu 😀
cuma satu kata! …. bagus banget!
hanya ingin mengikuti postingan agan .
postingan yang menarik
nice gan .
Semoga semuanya dapat terbangun kembali komunikasi yang telah lama terputus.
Sukses selalu
Salam
Ejawantah’s Blog
kucing mana ni boi?
kucing mahal nih, boy
berapa boy?
Just one word for this article, nice 😉
Sheno jadi penasaran siapa gerangan wanita itu..??
iya juga ya, kadang kita lupa dan dilupakan begitu saja. padahal kenangan itu harus selalu dikenang 😦
thank you ndoro, you teach me a lot !
pernah ndoro, kesepian 😦
mendapat epicentrum kekuasan namun terasa hampa tanpa temen. mungkin teman2 disekitarnya hanya memandangnya bberdasarkan jabatannya.
Cuit-cuit, ndor lagi abg ke berapah neh
Sepertinya memang selalu begitu. Saat sudah berada diatas, orang jadi merasa hanya bisa mengandalkan diri sendiri karena ada perasaan tidak ada lagi yang diatasnya. Tidak ada lagi yang bisa diminta tolong. Jika sudah begitu, mengharapkan orang-orang dibawah seperti sebuah sikap frustasi. Kasihan.
Ndor… mengunjungi kampus kapan ndor?? ayo ndoro… main ke B21 dan ketemu mbak Hermin.. #eh
Membaca tulisan ini, tiba2 aku ingin sekali menyapa Mas Wicak. Tak terasa sudah berbilang tahun tak menyapa. Pue haba? Saleum dari Aceh 🙂
Hah… saya pernah merasakan nya Ndoro..
sepi… hampa… persis seperti puisi nya chairil anwar 🙂
We need all my friends if we feel alone… and… we must know, we didn’t alone… we have so many friends 🙂
salam hangat…
Kadang walaupun kita punya sahabat tetap saja merasa kesepian ya ndoro >_<
Inilah kehidupan……kita terkadang baru merindukan kehadiran dan support dari seorang teman ketika saat-saat sulit,sepi,hampa dan mungkin yang lebih pelik lagi datang menghampiri….
hanya ingin mengikuti postingan agan .
postingan yang menarik
nice gan .
Masa masa perempuan terakota kembali hadir dalam tulisan ini.
Perempuan itu, entah siapa, pastinya seorang yang kuat. Di dalam hatinya masih membutuhkan seorang teman yang baik.
“Aku janji. Demi kita” – wujud ungkapan yang menginspirasi Ndoro.
Terima kasih.
bagus sekali, banyak yang bisa say pelajari
People live with fear. Even as simple as when you are crossing the street, the risk of being hit by the car is there. Live is all about managing risks. Risk of loosing friends is one of them. This Eminem lyrics resembled of how we stand, the oath we pledged to live up to. Just don’t be afraid…
inspiratif ndoro tulisannya, suka membacanya
Suruh Merit aja Ndoro, jadi kan gak sendirian… hehehe piss 😛
M menarik sekali artiknya pak ndoro, jadi pngn sering main kesini 🙂
Orang-orang yang selalu tampak palsu juga sebetulnya capek. Dan kesepian.
🙂
postingan yang menarik
nice gan
Hmmm, mang makjleb dan makdieng tenan ndoro… Ingin mengalir seperti air juga…
I saw a river today and make me feel ok,
Reading a book take look at the boat go by… Oh I sigh…
River of time, Laurent Christy
Coelho adalah salah satu penulis favorit saya.
Blogwalking, nice share
bagus tulisannya mas… inspiratif
bagus banget “NDORO” jd terkenang masa lalu,,tp sedih cm tinggal kenangan
mampir ke website kami ya
Salam kenal Ndoro Kakung. Postingannya berkualitas, kami suka 🙂
terharu saya…
gan….asli postingannya bagus2 dan desain web nya sederhana tapiiiii…mmmmmm maantap….salut deh buat agan
wah.. salam kenal Ndoro kakung…
saya pernah mbuat screenshot twitter dan mengandung akunnya ndorokakung
baru kali ini saya kunjungi, artikelnya sangat bagus. pengen nulis kayak gitu, cuma kolaps dah, tak pernah dapat surat seperti itu..
gimana tips-nya yah..
padahal kadang kala sebagian besar dari kita justru berusaha mati-matian (baca: meninggalkan teman2 yang ada di samping kita sekarang) buat mencapai posisi di atas itu. sayangnya demikian juga akhirnya..
#ndor, saya bener2 terinspirasi dengan gaya sampeyan nulis blog. dan pengen hal serupa di blog saya, tentunya harus lebih bagus lagi. hehehe
sip
Wah gue banget tuh ceritanya,, hihi
BTW, nice post gan.
terkadang kita merasa sendiri di tengah keramaian, kita tak kan pernah tau hari esok, blog walking kalimantan online
betul, sunyi sepi sendiri di sini…
Ndoro… salam kenal dari Bandung, sekalian penasaran mau tanya apa sih artinya Pecas Ndahe itu?
jiahh bagus bgt tulisanya ndoro…
cocok bgt buat blog pribadi kayak gini
sampurasuuun…. keren bgt Ndoro… walau saya tidak mengerti apa sebenarnya Coelho Pecas Ndahe :dooh:
lama tak berkunjung makin update terus artikel nya
ndoro.. saya juga beberapa hari yang lalu ke mengikuti paket rafting disana.. dan kami menjadi satu-satunya rombongan orang indonesia yang ada. Rasanya aneh dan jengah, tapi saat perahu mulai bergerak, rasanya tak ada jeda antar negara diantara peserta. Baik dari barat maupun asia semuanya dapat tertawa… ahh.. perbedaan itu apa sih?
(lah, kok jd curhat?! hehe..)
kulo mboten ngertos mbah hehehe
http://bursamuslim.com/blog
wah… banget-banget
sama mbh…saya dari madura tdk paham maksudnya…
keren bgt ndoro,,,,
Wah, teman saya ada yg mirip seperti ini. Dia hebat, pintar, agresif, dihormati, dan berprestasi. Tapi, dia pernah curhat bahwa kadang dia merasa nggak punya teman….
mengenang ms lalu yg indaahh,,,rasanya ingin ku ulang hidup ini dr awal,,,hehhehe
yuuuk tengok webs km.
http://www.ejakulasidiniherbal.com
ck…ck…ck…kerinduan ternyata selamanya mengharukan….salam
Ane pernah sendirian di suatu tempat yg agak gelap, tapi agak takut juga sih.. 🙂
Ane pernah sendirian di suatu tempat yg agak gelap, tapi agak takut juga sih.. 🙂
mampir sini gan : http://www.kiasurabaya.com
trima kasih
hmm..kok bs gitu yah…ckckckck
Good Share Broe,,
jgn lupa mampir di web ane y broe
Salam kenal Ndoro Kakung.
Saya baca postingan ini, seperti sebuah refleksi diri, apa yang selalu dialami manusia, kadang tidak terlihat seperti tampak luarnya…
Dan memang selalu begitu, cerah diluar ..mendung didalam..
Ramai diluar..sepi didalam..
Makin tambah usia, sering timbul percakapan pribadi, sering ingat sahabat2 dekat….sahabat lama…
Ikut menyimak artikelnya ndoro 🙂
Silahkan mampir ke web saya utk pasang iklan, Gratisss 🙂
Jadi ke ikut mengenang masa lalu…. hehehehe 😀
Blog walking mas…
Nice share…
Like… Like… Like…
🙂
nice share for this article
Katanya memang di-ketinggian hidup itu kita akan kesepian karena hanya ada diri kita.
slmt gan page rank anda 5 ! slmt. gmn caranya gan, share tipsnya donk gan. slm knl
mantap
hanya ingin mengikuti postingan agan .
postingan yang menarik
nice gan .
sempatkan mampir ke website kami
http://www.hajarabis.com
Paling suka klo mampir kesini, artikel top abis
Tulisan yang manis, semanis gula ditengah parutan kelapa 🙂
inspriratif sekali
top banget mas…. Salam kenal.
ijin nyimak ndoro 😀 .
nice infoo
salam knal
http://www.the-netwerk.com
ndoro kakung menulis dengan memikat…menenangkan membaca tulisannya…
mbah kung memang wooo okes TOP
wauuuuuuu
mantap
follow me lahh
wauu
mantap gan
follow gua lah agan-agan
makaseehhh
ndoro yang satu ini selalu ada yang ……. hemmmm
silaturahmi ndoro….intinya silaturahmi jangan sampe terputus..kapanpun..dimanapun..dengan siapapun..salam kenal y
salam kenal ndora….dari orang purwokerto
cerminan khidupan sehari-hari…..
ndoro kakung…mau silaturahmi….
tulisan sangat menyentuh dan sangat bagus sekali,,,apabila direnungkan merupakan sebuah cerita kehidupan di negara kita tercinta ini…!
Aku pun senang berteman denganmu Ndor, walaupun pesan terkirim melalui gosip bbm, kerokan dan urusan boyok. Tetapi selalu ada yang tersirat : sebuah perhatian. Maturnuwun Ndor, akan selalu kuinget pesanmu untuk ku : punya pacar 😀
artikelnya keren gan..jngan lupa kunjungi web kami ya.
nice 🙂
saya senang mengikuti postingan anda
postingan yang menarik .
salam kenal yya dan sempatkan mampir ke
website kami.
Artikel yang bagus gan.. ditunggu kunjungannya 🙂
infonya bagus,,,,
di tunggu kelanjutan posting ya, juragan ????
by :
http://www.dijual.biz 07:15
“Without friends no one would choose to live, though he had all other goods”. ~Aristotle
kisah nyata yaa niy ndoro
bisa dibikin novel karya ndoro…atau sudah yaaa…
very nice artikel
i like it…
unik sekali artikelnya, selalu ingin membacanya. penuh sarat dengan SEO optimasi search engine kata-katanya. boleh sekali di share ke teman-teman.
hmmmm..cukup bikin merinding tulisan nya…bikin jadi supeeeer galao>>owh now…air mata menetes..dah next tread^^
nice story, benar2 inspiratif
ibarat takdir donk
dibukukan lewai ipad aja seru
Salaam, Ndoro.
Like The Flowing River is a great book with beautiful words.
Yes, I had that experience. Feeling alone when you’re on the top of the wheel.
Tulisan-tulisan Ndoro juga banyak memberi inspirasi. Matur nuwun.
saya pernah merasakannya ndoro, gag enak bgt
btw perempuan itu siapa ndoro?
pengen tau aja atau pengen tau banget, cak U? 😀
bingung mau coment apa ndoro 😀
yang bener ndorr 😀 ?