Tumbal Pecas Ndahe

Februari 20, 2012 § 131 Komentar

Siapakah sesungguhnya narablog alias blogger itu? Apakah mereka yang setiap hari sekadar memproduksi isi — apa pun jenisnya — di blog bisa disebut narablog? Apakah tujuan mereka membuat blog?

Tiba-tiba pertanyaan itu menari-nari seperti kupu-kupu di pikiran saya sore ini. Saya sendiri tak tahu jawabannya. Dan saya tak mau membuat definisi yang menyesatkan.

Buat saya, narablog sejati – mereka yang memiliki blog – bisa disebut sebagai para amatir yang tekun. Mereka bukan jurnalis, atau pakar di bidang tertentu, tapi memiliki cukup pengetahuan dan pengalaman tentang informasi yang berguna buat orang lain yang hendak mencari sesuatu. Informasi itu rajin dibagikan melalui blog.

Beberapa narablog bahkan menjadikan diri sebagai penyedia informasi alternatif media tradisional. Mereka mirip sekumpulan orang yang kecewa pada konglomerasi media yang membuat informasi cenderung seragam.

Sekadar menyebut contoh, ketimbang ikut-ikutan membahas soal kasus korupsi yang menyeret Angelina Sondakh atau M. Nazaruddin, mereka lebih suka menunjukkan keasyikan layanan baru bernama Pinterest. Daripada mengutuk pemerintah yang mengabaikan warganya, mereka memilih berbagi foto di Instagram.

Blogger bekerja secara sukarela, menyusuri informasi dan data di belantara Internet, lalu memilihkannya buat pembaca secara gratis. Ada yang berbagi ihwal fashion, fotografi, penulisan, arsitektur, lelucon, teknologi, dan sebagainya.

Ranah blog begitu luas. Dewasa ini ada lebih dari 5 juta blog di Indonesia, menurut SalingSilang. Dan jumlah ini terus bertambah setiap hari. Kemunculan mereka tentu saja memperkaya jumlah dan variasi konten mayantara.

Blog tak lagi dikelola oleh orang per orang, tapi juga dimiliki oleh perusahaan. Ia menjadi alat kehumasan dan pemasaran.

Beberapa layanan blog merupakan media yang isinya dibuat oleh khalayak. Seperti halnya Facebook, Amazon dan Google, mereka tak memproduksi konten sendiri. Mereka memperoleh pemasukan sebagai distributor konten.

Bukan berarti blog pribadi lalu mati. Masih saja ada narablog yang tekun memproduksi konten meski tak memperoleh serupiah pun dari blognya.

Blog memang tak dimaksudkan sebagai tambang uang oleh para penemunya, meski ada sebagian orang yang mati-matian mencari celah untuk mengeduk uang darinya.

Pendiri WordPress, Matt Mullenweg, pernah mengatakan, “Blog itu bukan untuk mencari uang. Tapi bagus juga bila kita bisa mendapatkan uang berkat ngeblog.”

Sampai di sini, saya mau tanya ke sampean. Sampean tergolong narablog yang seperti apa? Apa tujuan sampean mempunyai blog? Jangan-jangan blog itu sekadar semacam tumbal bagi mereka yang masih pengangguran.

>> Selamat hari Senin, Ki Sanak. Apakah sampai hari ini sampean masih ngeblog?

Tagged: , , , , , , ,

§ 131 Responses to Tumbal Pecas Ndahe

Tinggalkan Balasan ke Kampung Perawan Batalkan balasan

What’s this?

You are currently reading Tumbal Pecas Ndahe at Ndoro Kakung.

meta