Mimpi Pecas Ndahe
Januari 22, 2009 § 45 Komentar
Syahdan pada sebuah malam yang basah. Perempuan berkalung pelangi menunggang kereta angin, membelah jalanan lempang nan lapang di jantung Kota Cahaya menuju pulang.
Matanya menatap keluar jendela, memandang keredep sinar lampu-lampu neon yang bersicepat dengan gelap. Gedung-gedung jangkung berdiri jemu. Patung-patung kota melengkung lunglai ketika ia melewatinya.
Bulan sepotong mengintip di balik awan hitam. Angin mendesir-desirkan sunyi di dalam kabin. Imaji berkelebat silih berganti dalam benaknya yang masygul. Rusuh. Potongan-potongan adegan kehidupan berkelindan antara jemu dan riang, antara tawa dan air mata.
Dari pemutar musik di dekat kemudi mengalun suara Sting yang nglangut,
On and on the rain will fall
Like tears from a star like tears from a star
On and on the rain will say
How fragile we are how fragile we are
How fragile we are how fragile we are …
Kenangan perempuan berkalung pelangi melayang pada lelaki bermahkota mimpi yang pernah menjerat kupu-kupu dalam perutnya. Lelaki itu telah mengubahnya jadi kepompong, lalu masa hibernasi yang panjang.
Saat itulah perempuan pelangi terpaksa menukar musim semi dalam hidupnya dengan musim gugur yang membuat daun-daun kebahagiannya meranggas, lalu luruh satu demi satu.
Waktu berhenti. Malam tak juga beranjak pagi. Burung-burung kehilangan kicauan merdu. Dan padang rumput ditinggal wangi tanah.
Sejak itu hatinya seperti Danau Beaverhill di musim salju. Kau bisa melihat relung-relung di bagian dasar yang kelabu. Tapi lapisan es beku yang tebal menghalangi usaha siapa pun yang hendak menyentuhnya. Satu dua kaki yang salah langkah malah tergelincir oleh licin lapisan atasnya.
Kehangatan yang dulu terpancar bersama matahari musim semi, kini membeku bersama hamparan salju yang diciptakan oleh perasaannya yang sedu.
Lelaki bermahkota mimpi bukan tak tahu apa yang telah ditanamnya di masa lalu. Tapi, nasi telah menjadi bubur. Siapa yang bisa mengembalikan kenangan?
Upaya bukan tak ada. Lelaki bermahkota mimpi bahkan telah melakukannya ribuan kali.
“Bersediakah kau tukar mimpimu dengan mimpiku? Maukah kau barter ketakutanmu dengan ketakutanku?” begitu lelaki bermahkota mimpi pernah bertanya, mencoba menawar luka.
Tapi perempuan berkalung pelangi hanya tersenyum dan membiarkan tawaran lelaki bermahkota mimpi mengambang di udara. Ia merasa tikaman di punggungnya menoreh luka yang digarami.
Pada malam yang basah itu, perempuan berkalung pelangi memutar kembali setiap episode kenangan mereka. Pojokan kedai remang-remang. Kerling-kerling yang mengerjapkan rindu. Dan bisikan syahdu.
Dibukanya sedikit jendela kaca kereta angin. Dibiarkannya angin dingin mengelus parasnya yang lesi. Ia ingin membasuh semua kenangan dengan gelap malam yang kian pekat, dan semakin likat. Ah, kenangan …
>>Selamat hari Kamis, Ki Sanak. Apakah sampean pernah merasakan betapa perihnya sayatan sebilah kenangan?
Beri peringkat:
Terkait
Tagged: cerpen, cinta, kenangan, liris, metafora, narasi, pedih, prosa
Iya ndoro, akhir-akhir ini makin sering kenangan2 itu melintas 😦
yes, and sometimes im enjoying the pain until it becomes painless..
hiks…saya sedih baca postingan ini… 😥
Perih namun akan berubah menjadi nikmat 🙂
cermin kenangan itu akan retak….dan terberai…
pernah dan mungkin tak terlupakan….
karena saya kehilangan sahabat terbaik saya di depan mata kepala saya sendiri…
pernah
Ketika saya bermimpi bertemu dg orang yg ingin dilupakan, ketika bangun, lha rosone ketok koyo piyee ngono..?
He2, lagune sting, ketoro nek generasi 80an, nih ye…
😀
Kenangan itu bagai bambu, Ndoro.
Dari jauh tampak bagus dan mulus, ketika didekati dan dipegang ternyata berduri.
,maju terus ndoro
sangat
kenangan itu, nggak tau kenapa. padahal yang dibayangkan itu menyenangkan, tapi pasti ujung-ujungnya nangis juga.
hmm mungkin karena perempuan lebih emosional ya? hehe 😀
😦
jadi ingat seseorang….apakah postingan ini buat dia?
pernah, kenangan;jalan panjang menuju saat ini.
metafora memang perih ndoro, tapi dengan sebuah metafora terkadang kita menjadi lebih mengerti tentang kehidupan 😉
*akumanusia.wordpress.com
woogh… lagu nya menohok 😥
Kepompong ndoro…
Kereta angin itu bukannya sepeda yah?
eeeeeerrrrrrrrrrrrrrrr……………
Speechless…
mimpi pada saat tersadar!
Pojokan kedai remang-remang…..Wetiga bukan sih?…….ngabur ndoro!
errr… nganu ndoro….. ndak bisa berkata2
hiks, sedih jadi mengingatkanku pada seseorang
di malam yang dingin dan gelap sepi
benakku melayang pada kisah kita
terlalu manis untuk dilupakan
kenangan yang indah bersamamu, tinggalah mimpi…
*gitaran yuk akh…*
ndak bikin hamba dilanda deja vu tapi keren pol, ndoro.
perempuan berkalung pelangi … apa saudaranya perempuan berkalung sorban ya…? 🙂
[…] Mimpi Pecas Ndahe Syahdan pada sebuah malam yang basah. Perempuan berkalung pelangi menunggang kereta angin, membelah jalanan lempang nan […] […]
Kenangan saya bersama wanita rembulan lenyap oleh keangkuhannya ndoro…help me ndoro…. 😥
Mohon perhatian, bantuan dan sarannya donk…
Kami karyawan perusahaan pailit yang sedang berusaha memperoleh keadilan dalam memperjuangkan hak-hak kami.
Sekarang ini sedang berhadapan dengan mafia pengadilan, siapa tau dari para blogger mempunyai bantuan, saran atau jalan keluarnya.
Untuk lebih lengkapnya silahkan berkunjung ke : http://www.nasrullah.blogdetik.com
Terima kasih
hemm.. ah… ya udah…. yang udah biarlah berlalu… masih ada esok hari… yang perlu dirajut kembali … * go ahead don’t look back anymore*
piye to kamsud nya ini, aku kok ra mudneng belas
uuuuhm…
uuuhmmmmm….
uuuuhhhhhmmmmm…..
Parpol anda tidak berani berdialog ? Berani nya cuma orasi dan sebar spanduk?
Kunjungi komunitas “pencarian parpol yang berani berdialog terbuka”
http://pnbk-dialog.blogspot.com/
nulis comment nih,,,, aku lagi mimpi ga ya????
tidakkkkkkk…. bikin tambah melow..
hiks..hiks..hiks..
kenangan itu….
kenangan masa lalu….
berkalung mimpi….
mimpi masa lalu ?? loh ??
wanita memang aneh ndoro,plg gak itu yg saya alami.pahit.getir..! Btw,dah imlek yak?koq gak hujan?
How fragile we are how fragile we are
How fragile we are how fragile we are …
yup, cuman mau comen gitu aja ndoro…
Seperti kata Gibran, “Kemarin adalah kenangan, sekarang adalah kenyataan, dan esok adalah harapan.” So, masih ada hari esok kan, Ndoro?
Piye yo…malah bingung mau commentnyah…
kengan kadang emank menyakitkan… tapi bukan untuk dilupakan tapi untuk dijadikan pelajaran!
Puitis bangeeet kata-katanya ndoro
so sweet………………….melow banget sihhhh
ada kenangan yang kita pilih untuk diputar ulang, ada kenangan yang kita pilih untuk dilupakan. memaafkan tidak berarti bahwa segalanya bisa kembali sama seperti sebelumnya. hati yang sudah dihancurkan berkali-kali ternyata tidak kebal dari rasa sakit ketika kepingannya kembali berserakan dipecahkan orang. setiap orang berhak menerima cinta yang utuh dan tidak dibagi-bagi, cinta yang jujur dan tidak ditutup-tutupi. cinta yang layak dikenang dengan senyum dan bukan dengan luka menganga.
melankoliss bgt pak …