Perlip Pecas Ndahe

September 22, 2014 § 36 Komentar

Your words and my thoughts are heavy clouds over my head, but I know the sun is somewhere hidden behind. I want to rest for a moment now to gather my pieces. I want to take time to sort out the gem from the junk. I want things to flow again and I know only one thing to do: to be silent again, for just a moment….

Begitulah bait terakhir yang kuterima malam itu darimu. Selanjutnya hening.

Dan aku teringat pada kutipan yang masyhur itu, “Women use silence to express pain.”

Aku tak tahu kebenaran pernyataan itu. Sebab, tentang perempuan, ada sejuta tebakan sekaligus sejuta kemungkinan untuk salah.

Seseorang pernah mengatakan, “Bahkan 1001 malam pun tak cukup buat mendefinisikan perempuan.”

Ia mungkin hiperbolis … atau barangkali justru tahu diri. Perempuan memang susah ditebak. Meski para pria sering sok tahu, sesungguhnya mereka sangat kerap tertipu.

Bahkan di balik seulas senyuman perempuan yang sanggup menurunkan hujan pun kita tak pernah mengerti benar apa yang sesungguhnya dirasakan.

Karena itu, aku tak merasa perlu sok tahu memahami dirimu yang membutuhkan keheningan.

Aku hanya tahu bahwa dalam hidup ini setiap orang memerlukan rehat. Jeda. Sebuah spasi dalam garis kehidupan yang panjang.

Mengapa?

Karena bahkan sebaris kalimat pun butuh spasi, jarak yang memisahkan antara satu kata dengan yang lain.

Spasi hanyalah penanda, sementara saja, agar kita sempat mengambil napas sebelum melanjutkan.

Toh hidup tak selalu berjalan di atas garis lurus tanpa putus. Ada kalanya sebuah rehat menyela, agar kita berjarak, dan memandang lebih jernih.

Begitu pula sebuah relasi. Ia juga butuh spasi. Ruang kosong, tempat dua belah pihak saling melihat dari jauh.

Karena kedekatan bisa membutakan. Dan jarak menyodorkan kemungkinan dan pilihan lain.

>> Selamat hari Senin, Ki Sanak. Berapa lama biasanya sampean membutuhkan istirahat di antara masa kerja?

Tagged: , , , , , ,

§ 36 Responses to Perlip Pecas Ndahe

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

What’s this?

You are currently reading Perlip Pecas Ndahe at Ndoro Kakung.

meta

%d blogger menyukai ini: