Drama Pecas Ndahe
Juni 5, 2009 § 87 Komentar
If there’s not drama and negativity in my life, all my songs will be really wack and boring or something. ~ Eminem.
Yeah, hidup memang bisa menyebalkan dan membosankan tanpa drama. Hidup bakal datar-datar saja tanpa tangis dan air mata. Kurang greget. Itu sebabnya kita umumnya menyukai drama. Sesuatu yang dramatik membuat kita bergairah. Membuat kalbu tercabik-cabik. Membuat perasaan teraduk-aduk.
Begitulah pelajaran yang saya peroleh setelah menghadiri persidangan pidana perdana kasus Prita Mulyasari di Pengadilan Negeri Tangerang kemarin. Dalam sidang yang hanya berlangsung 15 menit, Prita didakwa jaksa telah mencemarkan nama baik dokter dan Rumah Sakit Internasional Omni Tangerang.
Sidang kemarin mirip sebuah pentas. Lengkap dengan panggung, lamput sorot, dan kamera-kamera yang siaga menembak setiap adegan. Pengunjung sidang ibarat penonton sebuah pertunjukan. Kilat mata-mata mereka yang penasaran menatap tanpa berkedip, khawatir kehilangan setiap potong adegan. Orang berharap sebuah drama. Sebuah adegan dramatik.
Adakah?
Penonton rupanya kecewa. Pertunjukan berakhir antiklimaks. Setelah jaksa membacakan dakwaan dan hakim mengetukkan palu tanda berakhirnya sidang, pentas pun berakhir begitu saja. Sidang ditunda Kamis, 11 Juni. Tak ada keriuhan satu pun. Tak ada aksi yang menggetarkan hati. Tak ada huru-hara. Dan penonton pun kecewa.
Lantas ke mana perginya drama dan dramamawan itu? Kenapa tak tampak batang hidungnya satu pun?
Ki Sanak, mungkin ada baiknya kita merenungkan lagi siapakah sebenarnya kita, para blogger, dan bagaimana harapan yang publik sampirkan ke pundak kita. Terus terang saya ndak tahu jawabannya. Dan ogah memikirkannya. Entah kalau sampean.
Hati saya malah puspas dan heran kenapa belakangan banyak orang terkesan berlomba-lomba mengambil kredit, mendapat keuntungan atas kasus ini. Sebagian lagi terlihat betul seperti hendak cuci tangan dan melempar bola panas kian kemari. Ada lagi yang sok jadi pahlawan kesiangan.
“Padahal pahlawan pada akhirnya hanya lahir sekali-sekali, tak bisa direncanakan,” demikian Paklik Isnogud pernah bercerita. “Di panggung yang begitu luas, sang tokoh memang mencolok. Tapi cerita silih berganti. Lakon berbeda-beda. Jika sejarah ibarat drama atau dongeng, peran besar hampir tak akan pernah berulang dalam cerita lain.”
Saya ingat, malam itu Paklik tengah mengulang kisah Martin Luther King.
King, kata Paklik, pernah mengatakan, “Dalam krisis, kita butuh drama.”
“Dan, pejuang persamaan hak orang hitam di Amerika itu pernah membuktikannya pada 1960-an. Ketika gerakan hak-hak sipil berada dalam tekanan pemerintah, ketika orang-orang kulit putih yang tak suka pada marah, ketika kawan-kawannya sendiri mulai gentar, Martin Luther King Jr. justru memberingas.
Ia menggerakkan anak-anak ke jalan di Birmingham, sebuah kota yang pada suatu hari Minggu yang damai, kulit putih pernah membunuh anak-anak hitam yang tak bersalah.
“Jangan terlalu lunak,” kata King pada seorang rekannya yang lebih muda. “Dalam situasi krisis, kita harus punya satu rasa drama.”
Dan dengan a sense of drama itu ia berhasil. Ia tampil seperti aktor besar pada pentas, dengan sikap dan gerak tangan yang angun. Pada akhirnya, memang, sebuah ikhtiar politik memang sebuah kisah panggung. Sebuah ikhtiar politik bukanlah sebuah usaha diam-diam, dengan hanya perintah tertulis dan administrasi. Sebagai ikhtiar bersama, di dalamnya kita memerlukan komunikasi. Gerak kita diperhatikan orang ramai. Dan jika Anda seorang pemimpin, Anda ditunggu untuk, terutama dalam saat krisis, memberikan inspirasi.”
Saya ndak tahu apa filosofi kalimat yang Paklik sampaikan. Dengan pengetahuan yang begitu cetek, saya cukup sulit memahami setiap kejadian yang berkelebat cepat seperti potongan adegan film. Rasanya susah betul merangkai kepingan itu menjadi satu bingkai gambaran besar.
Pada akhirnya, saya hanya seorang manusia, dengan segala kelemahan dan keterbatasan.
>> Selamat hari Jumat, Ki Sanak. Hari ini sampean mau salat Jumat di mana? Masjid Nabawi, anyone?
lebih tepatnya tragedi, Ndoro…
kalo ndoro mau salat jumat di masjid nabawi, saya mau diajak pisan 😀
kalo toh di persidangan kemarin itu antiklimaks dan gak ada drama seperti yang diharapkan penontonnya, mestinya kita bersyukur ya.. berarti kan kita sedang ndak krisis 😉
Akibat terlalu banyak mengkonsumsi sinetron mungkin? hehehe
saya pikir malah sudah terlalu banyak drama ndoro .. musti kembali ke realitas.
Thanks, nDoro Kakung untuk reportasenya. Apakah Anda juga sempat “melihat-lihat” pengacara Omni Hospital, Risma Situmorang, di sidang Prita Mulyasari itu ? Melalui BBC Siaran Indonesia (29/4/2009), saya mendengar Risma Situmorang berkata bahwa kebebasan berekspresi dibolehkan asal tidak mengganggu kebebasan subjektif orang/fihak lain.
Déjà vu !
Sebagai pengamat komedi (plus : komedian masih gagal : http://komedian.blogspot.com), saya suka mengingat atau mengumpulkan soundbite tokoh-tokoh kita. Omongan Risma itu, kayaknya pernah saya dengar sebelumnya. Ternyata varian omongan tersebut pernah muncul dari Muhammad Nuh, Menkominfo kita.
Di BBC Siaran Indonesia (25/3/2008), ketika menteri kita itu memutuskan untuk memblokir situs-situs porno di Internet, ia berkata : “Kebebasan mencari informasi (di Internet) itu dibatasi oleh kebebasan yang lain, yaitu kebebasan untuk melindungi bangsa ini,” tegasnya. Ketika heboh film Fitna buatan Geerts Wilders mencuat, Mei 2008, Menkominfo memutuskan Indonesia untuk memblok situs berbagi video, YouTube. Soundbite dia, intinya, bahwa adanya kebebasan berekspresi juga membuka kebebasan orang lain untuk menutup (memblok) produk kebebasan berekspresi itu.
Benang merah dari pernyataan Menkominfo kita tahun lalu itu sampai kasus Prita Mulyasari sekarang ini, masalah ini akan TETAP menjadi masalah besar kita di masa yang akan datang.
Terutama terkait dengan aspirasi kita sebagai pendukung kebebasan sipil (civil liberties) versus undang-undang yang draconian, yaitu UU ITE 2008 yang oleh “gagahput3ra” (komentar #26 di artikel Omni Pecas Ndahe) dikomentari dengan pernyataan : “Capek ngebahasnya, dari awal UU ITE penuh pasal karet….:( “
Terkait dengan gerakan kebebasan sipil, menarik juga ide dari “hendry” (komentar #50) yang menanyakan ada tidaknya organisasi semacam EFF, kalau tak salah kepanjangannya Electronics Frontier Foundation di AS, untuk “bantu penduduk yang berdomisili di Indonesia.”
Kembali lagi, seperti diungkap “Pangeran Ahmad Nurdin” (komentar di artikel Demo Pecas nDahe), asal-muasal semua bencana itu adalah : “UU ITE-nya itu. Mbak Prita ini adalah salah satu korban yang terekpos dan mendapat sorotan simpati publik. UU ITE ini kan sudah lewat mekanisme perundang-undangan DPR, nah berarti semuanya dodol dan kita harus mengingatkan.”
Akhirnya, jangan lupa selalu akan sabda nDoro Kakung yang satu ini : “Kita harus bersatu melawan kesewenang-wenangan dan ketidakadilan semacam ini. Kita juga mesti semakin hati-hati. Musuh di luar sana semakin pintar. Kita juga harus semakin cerdik.”
Himbauan agar kita untuk menjadi cerdik ini telah dinasehatkan pula oleh organisasi Wartawan Tanpa Tapal Batas. Ketika muncul blog di WordPress, November 2008, yang berisi komik menghina Nabi Muhammad SAW, dan lagi-lagi Menkominfo kita sempat bicara “keras” untuk para blogger, nasehat dari Wartawan Tanpa Tapal Batas itu sempat muncul di kepala saya. Sekarang muncul lagi.
Apakah kita para blogger suatu saat, untuk menghindari bencana seperti yang dialami oleh Prita sekarang ini, harus berlaku seperti tokoh “Sarah” yang harus tampil di dunia maya secara anonim ? Kalau Anda ada waktu silakan klik : [ http://esaiei.blogspot.com/2008/11/bila-indonesia-tergigit-blogger-berbisa.html%5D untuk mengikuti kiprah “Sarah” dan membaca tip dan kiat-kiat berharga dari organisasi Wartawan Tanpa Tapal Batas itu.
Terakhir, terima kasih, Ibu Prita. Semangat dan gut Anda untuk mengeluarkan isi hati terkait ketidakadilan yang Anda rasakan, kini mampu menjadi inspirasi kita semua. Dahsyat. Dahsyat sekali. Benarlah kata begawan Internet dari majalah Wired, Kevin Kelly, bahwa “succes is nonlinear !”
Seperti pula di bagian halaman cause facebook di http://apps.facebook.com/causes/290597 yang digawangi oleh Ika (creator), Enda Nasution, Wenny Trisvianne, Agus Hamonangan, Mariana Amiruddin, bukankah di situ tertulis slogan inspiratif : Anyone can change the world ? Keberanian Ibu Prita ini mampu mengubah dunia kita, semoga, akan menjadi lebih baik nantinya.
Terima kasih untuk Lasma Siregar (Melbourne) yang pertama kali menularkan info kasus Ibu Prita kepada saya. Juga untuk Arista Budyono dari http://www.wonogiriku.wordpress.com di Jakarta yang terus membocori saya tentang info-info perjuangan dari blognya nDoro Kakung ini.
Terima kasih untuk Antyo Rentjoko, yang mungkin rada jengkel pada tanggal 4/6/2009 saya bombardir ide agar peristiwa besar ini bisa diabadikan dalam kaos sebagai memorabilia. Sampai ide ramai-ramai menghitamkan, black out, blog-blog kita di postingan tanggal saat Ibu Prita disidang, sebagai bentuk demo maya kita.
Tentu saja, terima kasih banyak untuk nDoro Kakung himself. Asupan info Anda yang membuat hari-hari terasa menggairahkan. Saya di kota kecil Wonogiri merasa berbahagia di tengah gelombang aksi demo maya yang menggairahkan ini, inspiratif ini, di antara Anda, baik pembaca dan penulis komentar di blog ini. Juga di media sosial lainnya yang diikat oleh satu inspirasi mulia yang sama.
Keikutsertaan secara sukarela yang dipandu oleh hati nurani itu benar-benar melambungkan saya ikut merasa menjadi warga yang disebut oleh John Blossom sebagai content nation, bangsa penerbit. Topik aktual ini pernah saya tulis di Tabloid BOLA (13 Maret 2009) saat ulang tahun ke 25 tahun dan di blog suporter sepakbola http://suporter.blogspot.com, dengan judul : Media Sosial dan Masa Depan BOLA.
Content Nation itu punya slogan : the world is a nation of publishers. be a citizen.
Ibu Prita adalah salah satu warga terhormatnya.
Juga kita-kita semua !
Salam saya dari Wonogiri !
Bambang Haryanto
Wonogiri, 5/6/2009
[PS : (1) Para calon presiden kita kini juga menaruh perhatian pada kasus Ibu Prita. Tetapi mereka nampaknya super-gaptek semua. Belum lagi ada kubu yang menamai tim-tim pendukungnya dengan istilah-istilah atau kode era radio CB, beriklan tak mencantumkan URL situsnya (kali tak punya), dan mungkin tidak tergerak untuk mempelajari bagaimana kedasyatan media sosial, termasuk blognya nDoro Kakung ini, beraksi.
Fakta menunjukkan, media sosial telah membuat kasus Ibu Prita menjadi a gigantic roar (istilah dari Luis Marinho Falcão) sehingga mereka ikut-ikutan bicara. Kenapa fenomena dahsyat ini tidak menjadi modus kampanye mereka ? Mungkin mereka justru ketakutan bahwa kita sebagai “content nation” akan menyalak balik terhadap mereka bila ada hal-hal yang tidak sesuai isi hati nurani. Begitukah ?
(2) Rerasan usil : jangan-jangan di luar sana, entah seseorang yang di tipi suka disebut sebagai pakar multimedia atau caleg dpr yang gagal, justru bercita-cita agar semakin banyak penulis keluhan di internet atau para blogger, yang bisa masuk penjara ? 😦 ]
*bacakomenyangpanjang*
Mas Bambang kalau nulis memang selalu detail 🙂
–sesamawongasliwonogiri–
Thanks, Mas Andrias Ekoyuono untuk komentar sedikit 🙂 Anda.
Tapi info “sesama wong wonogiri” bikin saya senang.
Salut dan salam.
kelimaks!!
kayak sinetron aja…
pintar memainkan perasaan penikmatnya (penikmatnya loh, jadi bukan saya 😛 )
ya moga2 aja cepet selsai kasus ini
ambil hikmahnya saja
😀
@rama
hmm sepertinya begitu, kita terlalu banyak dicekoki “drama” yang berlebihan sampai ingin merealisasikannya di kehidupan “nyata” 😀
semoga dramanya cepet kelar Ndoro…
biar gk makin banyak yg cuci tangan., maen lempar bola., ambil kredit dll……… 😀
Pengen Shalat Jumat di Masjid Assalaam Gonilan Ndoro., tapi kok kejauhan ya… 😦
tapi memang, ndor.. saya nonton lewat tv kantor dan berakhir dengan komentar: “Hah?? segitu doang??”
*menunggu kemana cerita ini akan bermuara*
tampaknya angin keadilan mulai bertiup ke pihak Ibu Prita
kekeke~ yg penting kita tetep posting sblm kasus ini selesai ndor….
Sungguh drama yang sangat menguras keringat hati.
Kita pun sedang menjalani drama kehidupan. Setting-nya ‘kita sedang menonton sebuah sidang yang tidak adil sehingga menggugah rasa empati’.
yah begitulah ndoro …
sekarang sudah mulai banyak yang membuat drama … terutama para pahlawan kesiangan itu 😦
jadi malas saya ….
maksudnya: mbikin kaos? saya bikin kaos gak ada kaitannya sama kasus ini lho ndor! *merasa dikilik* hihi
maksudnya ndoro.. kok ngawe kaos gak di bagehi hahahhahahha
heh, kamu bikin kaos, ron? bagiii … 😀
tuh kan bener…… feelingku tepat…..
iya kan ndor….
persis seperti akhir sebuah sinetron, pas tegang-tegangnya.. lalu bersambung pada……. episode selanjutnya ya !!
kok ya ndilalah kasus ini mencuatnya pas masa2 kayak gini ya Ndor, drama2annya jadi makin kacau (lha yg mau jadi tokoh pahlawan makin banyak e)
ndor,nitip, tolong tanyakeun kpd pihak2 yg ambil keuntungan, utk jg memperhatikan nasib bu fifi. biar deh,mrk dpt untung,yg penting bu fifi bebas. kita mah cuma talang ndor 😀
freedom of speech,freedom to speak our mind. stand up for consumer’s right
Semoga saja nanti hasil keputusan akhir dari cerita drama ibu prita berakhir dengan happy ending….. Dan drama ini bisa menjadi pembelajaran buat kita semua agar lebih hati-hati dalam bertindak….
semakin menakutkan saja menjadi warga negara ini…
Karena memang berangkat dari persoalan yang sederhana Ndoro. Di negeri ini, yang membuat drama itu pentontonnya, bukan aktor atau sutradaranya.
setujuhhh sekali!!!!!!!!!!!!!!!!!
Hidup tanpa drama itu kehilangan skenario, Ndoro…
Pernahkah merasa Tuhan pun ber drama pada kita?
ahahaha…
jadi ingat lagu panggung sandiwara ndoro, dunia ini panggung………………………
saya juga penikmat drama itu ndoro
karena saya ikut merasakan kalau dipisahkan anak batita itu adalah hukuman setengah hidup setengah mati..
tapi ilmu saya nggak nyampe buat menelaah postingan ndoro yang ini..(heuheu..)
buat saya drama atau tidak ya seperti itulah warna hidup…jadi tidak melulu black or white…
jadi pasca semua ini lakon drama apa yang akan dipaksakan ke ndoro untuk dibintangi?
hehehe
ada awal pasti ada akhirnya tunggu ajah yang sabar akan menang…..:D
Ndoro, saya punya pengalaman yang berkaitan dengan sidang (karena pernah memimpin Divisi yang membawahi bagian litigasi)…dan memang seperti itu. Kadang batal, kalau salah satu tak hadir…tergugat (perdata) atau tersangka (pidana) biasanya jarang tak datang…kecuali alasan sakit (walau benar atau salah). Syukurlah Prita sudah keluar dari penjara, tak terbayangkan jika sidang ditunda dan dia masih berada dalam penjara, apa nggak tambah sengsara.
Saya akhirnya menjadi penonton setia TV kemarin, padahal biasanya jarang nonton TV, mendengarkan pendapat pakar, dari dokter, pengacara, petinggi, dan semuanya mengatakan seharusnya tak dipenjara, dengan alasan bla…bla…bla…
Sedihnya, jika suatu produk hukum bisa menjadi sangat luas penafsirannya (saya anggap yang bicara di TV pakar), betapa tinggi risikonya jika kita berperkara di pengadilan.
Dan ternyata para pihak (yang menggugat, yang menuntut, dan yang dituntut bahkan yang memberikan klarifikasi di konperensi pers), cewek semua…..duhh sedihnya….
Saya pikir sengaja dibikin cewek semua. Model ‘film pengacara’ di tivi-tivi. Kalo terdakwa/pendakwanya cewek, dicari pengacara yang cewek juga.
*mikir…*
pilih E bila semua jawaban benar !
emang enak ngrungokno… lagune GOODBLESS “Pangung Sandiwara” Ndoro……
setuju 😆
wkwkwkwkkwkw..
Eh, Ndoro kok jadi lantas kurang vitamin, loyo. Memangnya apa yang nDoro harapkan dari drama yang digelar pagi itu?
Di negara kita ini, bukannya begitu tabiat kebanyakan kita. Gampang diombang-ambingkan. Sebentar heboh DPT yang dicuriagi telah dicurangi, ketika akan klimaks, tiba2 kasus Antasari meldak dengan hebat menggetarkan kalbu dan lalu kisah ibu Prita yang lagi hangat. Sebentar lagi apa ya? Tentu tiba2 kita asyik masyuk dengan pilpres, lalu..lalu..?
kayaknya sidang kemarin malah menjadi antiklimaks ya
[…] 5, 2009 · Tidak ada Komentar Oleh : Bambang Haryanto Surat blogger. Thanks, nDoro Kakung untuk reportasenya. Apakah Anda juga sempat “melihat-lihat” pengacara Omni Hospital, Risma […]
perdamaian lebih baik deh..
suka banget sama kutipan dari Eminem nya…
*fans berat*
ngga peduli ah mao kayak drama juga.
pokoknya Omni jahat dan yang jahat pasti kalah pada akhirnya.
gulung tikar deh.
hahhahahha
kita tunggu pembelaannya. tapi saya rada lucu juga denger pembela mbak prita ngomongnya, ndak apal persisnya, sounds like, “pake satu pasal saja orang sudah klepek-klepek, ini dijerat make tiga pasal”
kalah menjual dari drama “manuk haram”, kali? 😀
drama apapun, yang penting bu prita harus dibebaskan!
Tampaknya dramanya telah berakhir sebelum mulai?
Wah, ternyata berakhir begitu saja toh…
Dimana keadilan yang seharusnya ada?
ending tulisan Om kangkung bener2 anti klimaks 🙂
yang jadi sutradaranya sapa bro?
akankah dramanya berlanjut
Kalo para blogger diajak ngumpul bareng mengawal persidangan Ibu Prita pada mau nggak ya?
Gemuruh Dukungan Dari Dunia Maya, Bagaimana Wujudnya Di Dunia Nyata?
.
Apakah kita punya amunisi utk mengawal drama ini yang mungkin akan sepanjang sinetron Tersanjung? Saya sangat berharap teman2 blogger tetap istiqomah mengawal ini sampai di tujuan. LANJUTKAN..!!
sy tahu hukum positif kita mmg masih gak bs diandalkan, ya konsistensi dg filosofinya, ya proses penyusunan UU dan pasal2nya, ya kompetensi aparatnya.
itu semua bikin sy prihatin, sejak sy baca istilah hukum di buku SD sampai skrg.
sdh terlalu banyak korban, dan masih akan berguguran korban2 lain (tdk ada jaminan kita semua akan luput)
tapi kasus Prita Mulyasari ini bikin sy marah sekali. kemarahan yg nyaris membuat sy kehilangan akal sehat, karena seharian kmrn sy tidak bisa berpikir lain kecuali menampar pihak Omni sambil memaki mrk “bangsat!!” dan menembak jidat semua anggota tim kejaksaan Tangerang dan Banten yg terlibat dlm pencantuman pasal UU ITE pd kasus Prita ini. Goblok, tidak capable, sok kuasa, tidak bertanggung jawab, tidak manusiawi, dan sangat layak dimusnahkan.
untunglah sy tdk tahu dimana membeli senpi, dan sy takut melihat darah kalau memakai sajam.
mencoba memahami***
🙂
Saya tadi jumatan di Masjid Sunda Kelapa. Kebetulan yang naik ke atas mimbar adalah imam dari Madinah (yang fasih berbahasa Indonesia).
ndorrr,…. aku ngelus dodoku …
semoga Prita Mulyasari dan keluarga dimudahkan dalam segala upaya oleh Yang Maha Esa … Yang Maha Kuasa
Amin.
Ayo mbak Prita…. maju terussss
kalau ini filem fiksi ilmiah maka saya lebih menyukai/memperhatikan teknologi spesial efeknya …
kalau ini film drama maka saya lebih menyukai/memperhatikan jalan cerita yang kuat dan penuh intrik …
kalau ini filem komedi maka saya tidak perlu susah memikirkan apa-apa, yang penting bisa tertawa dan bergembira …
sayangnya ini bukan sekedar filem yang hanya bisa ditonton dan dikritisi … ini kenyataan hidup dan kehidupan …
kadang2 ga perlu liat lakonnya apa, asal pemainnya menarik tetap simak.
Ndoro di seputar Indonesia keren juga, mukanya mirip sama gambar karikaturnya
hahahahaha… is this supposed to be a compliment or what, Ndoro?
harusnya kemarin ada yg mbanting meja dan kursi ya ndor… biar rame… 😀
eh embuh ndor mau drama ,sinetron, petaka, huru hara dsbnya kah, yang penting kita harus selalu waspada inget soposiro sopo ingsung , sopo sing dadi paduko sopo sing dadi kawulo .
-Dipojok kiri sebuah Berita Acara Pemeriksaan ada kalimat yang harus dicantumkan yaitu “UNTUK KEADILAN’ ( dulu pro yustisia), ini mengisyaratkan agar pemeriksa dalam menjalankan tugasnya benar-benar obyektif agar dalam persidangan kelak dapat diketahui mana yang benar dan mana yang salah.
-Lambang kejaksaan berbentuk timbangan yang juga mengisyaratkan keadilan.
-Tersangka dan saksi juga mengangkat sumpah sebelum diambil keterangannya.
Sekarang kita tinggal menunggu apakah jalannya persidangan dari awal sampai akhir benar-benar mendemonstrasikan suatu keadilan.
Sesungguhnya mereka-mereka yang berbohong,dzalim,tidak adil akan mendapatkan ganjarannya.
Salam
Bagi gue,… Itu cuma proses Ndoro… !!! Proses boleh berbentuk macam-macam … mau datar saza,… bergejolak,… bergelombang… etc.. yang penting adalah ending dari proses tersebut …!!! Ending ini akan bermakna begitu penting,… karena dari ending ini akan ditarik lesson learned… dan berguna bagi semua pihak… !!!
Sebagaimana ending dari suatu kehidupan…. akan dijadikan titik tolak suatu kehidupan lain… bukankah begitu Ki Sanak… ??? 😀
Jadi ndak bisa langsung putus bebas .. basss!! gitu ndoro?
terus pahlawannya pada kemana tho ndoro? mbok yaa diundang.
drama yang dipertontonkan tanpa menerima komentar.. bahkan suara yang menggaung dari para blogger pun tak digubris sama sekali..
sebenarnya maksud dari Kejaksaan menggunakan UU ITE itu apa? apakah hanya “bereksperimen” dengan UU yang katanya baru akan digunakan tahun 2010??
Ndoro, Kita tolak kesewenang-wenangan, kita perjuangkan kebebasan berpendapat…
Ayo para blogger semua, Tunjukan kemampuan kalian untuk membebaskan ibu prita
Inilah kasus tiga dimensi yang menyeruak ke permukaan.
Dimensi Pertama, adalah Ketidakadilan, mulai dari Rumah Sakit, BAP yang disusun kepolisisn hingga dimejahijaukan, kasus ini membesar karena sebuah ketidak adilan.
Dimensi kedua adalah Non Prosedural Action yang dilakukan oleh ketiga pihak tersebut, Ini juga yang membuat berita yang semula kecil ini menjadi besar.
Dimensi selanjutnya adalah tentang Ketidaksiapan Aparat kita terhadap hadirnya Media Maya yang disebut internet. Pemahaman mereka terhadap internet beserta instrumen hukum yang melindungi dan membatasinya tak sepenuhnya mereka mengerti.
Anda masih ingat dengan pengadaan laptop baru di Kejaksaan yang terendus diduga dikorupsi? Bukan hanya itu, laptop mahal seharga 16 jutaan itu hanya digunakan untuk presentasi dan lebih banyak hanya untuk menulis dengan MS Word? Belum tentu mereka menggunakan laptop canggih itu untuk internetan. Bahkan seorang teman saya menjadi instruktur MS Office di Pengadilan Negeri di Sebuah Kota di Jawa Tengah hanya untuk agar pengguna laptop inventaris ini bisa menulis dengan perangkat canggih karena sebelumnya mereka hanya menggunakan mesin ketik. Dari sini saja kita bisa lihat bahwa media maya belum sepenuhnya mereka kuasai apalagi perangkat hukum yang berkaitan dengannya.
Kembali ke kasus Prita.
Seperti disampaikan seorang Kuasa Hukum Prita, Syamsu Anwar di ProTV malam kemarin, kasus ini terjadi juga karena pihak RS Omni terlalu reaktif menanggapi keluhan Prita yang terkirim melalui email. Syamsu Anwar menyebut hal ini layaknya menembak lalat dengan meriam.
sebetulnya yang membesarkan kasus ini adalah pihak RS Omni sendiri.
Andai saja email tersebut ditanggapi dengan langsung memberikan follow up yang baik tentu saja mungkin kita sebagai blogger tidak tahu jika Prita mengirimkan email keluhan yang kemudian ditampilkan oleh detik.com
Banyak bukan, email atau surat pembaca sejenis yang menanyakan professionalisme sebuah institusi barang atau jasa yang disampaikan di berbagai media? Dan sejauh ini tak menjadi masalah besar karena kedua belak pihak saling memeuhi kewajibannya.
saya suka quotasi di awal tulisan ndoro ini
orang indonesia cepat lupa, cepat memaafkan walau hal yang dimaafkan menyakitkan sebelumnya. seperti kasus yang sudah2.
sebelum semua ini terlambat sebelum semua ini berakhir (mungkin di depan akan ada peristiwa yg lebih besar dibanding Prita ?)
mari kita tuntaskan saat ini juga !
cumanumpang doank…
panjang bacanya,, udah pagi nih….
Dramanya dah mo kelar kayaknya.
Ne juga kayaknya.
*beralih ke drama manokharam*
Masalahnya timbangan keadilan para penimbang keadilan mayoritas tidak pernah ditera dengan Iman, jadi asal jadi aja, sesuai yang menguntungkan dirinya. Mereka tidak pernah memikirkan timbangan diakhir nanti, yang penting bagi mereka adalah sekarang bisa senang. Na’udzubillahiminzalik
saya kurang nangkep tulisanya pak.. ad tranlatean buat gampang d ngertiin kah.
salam. puput
[…] cek update terbaru dari ndorokakung: disini Berikut beberapa berita media terkait: # Kuasa Hukum Tak Urus Kepemilikan RS Omni # Kasus Prita […]
ruar biasa 🙂
gak terlalu ngerti juga sih, tapi senang bacanya.
hmmmm… saya sih merasa bukan antiklimaks, tapi memang dramanya belum selesai. akan menjadi drama panjang jika tetap menggantung, alias drama bersambung seperti sinetron indonesia yang sengaja dibuat tak berujung agar tetap ada celah untuk diteruskan drama tersebut.
kebanyakan nonton sinetron, saya jd banyak ngimpi nih
ndoro, kurang ngeh dg artikel ndoro satu ini, esensi nya apa ya ndoro?
*mikir mode on*
Salam lagi, Hidup Mba/Bu Prita!! Tetap semangat… Dikau adalah api kecil ditengah badai salaju bangsa ini, Oase sejuk dibelantara padang pasir. Jejakkan jejak Ismail…
Kaulah Siti Hajar… yang meremukkan Keangkuhan…
Andaikan Mbak Prita Punya Blog… Rangking 1 kali ya…
Menurutku…. pisahkan dunia maya dengan nyata dalam undang-undang. Artinya UUITE itu untuk dunia nyata apa maya? Kalau bisa mengatur dunia maya, misal dengan buat UU Dunia Maya. Baru bikin UUITE, untung aku pernah “menang” perkara tentang “pencemaran” nama baik karena lawanku “Gaptek” heheheh
Drama ya Ndor? Memang begitu kan…
Indrokilo pertapane Begawan Mintorogo
Sopo bae kang tumindak olo,ing tembe mburi bakal ciloko.
Matur nuwun
salam
Ndor..bukannya nyaris semua bentuk “persidangan” di negeri ini adalah drama itu sendiri. 😀
*gosip mode*
Ayo mbak Prita…. selalu maju terussss